BI Bali Dorong Efisiensi Rantai Pasok Antisipasi Lonjakan Harga Pangan
Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mendorong efisiensi rantai pasok, terutama jagung, untuk mencegah lonjakan harga daging ayam dan telur menjelang hari besar keagamaan.
Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi potensi lonjakan harga kebutuhan pokok di Pulau Dewata. Apa yang dilakukan? BI Bali menekankan pentingnya efisiensi rantai pasok, khususnya komoditas jagung sebagai pakan ternak, guna mencegah kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ras. Siapa yang terlibat? Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan hal ini di Denpasar pada Rabu, 5 Maret. Kapan hal ini disampaikan? Pernyataan tersebut disampaikan pada Rabu, 5 Maret 2025. Di mana hal ini disampaikan? Pernyataan tersebut disampaikan di Denpasar, Bali. Mengapa efisiensi rantai pasok penting? Karena harga jagung global meningkat sejak Juli 2024, dan permintaan daging ayam dan telur diperkirakan akan melonjak menjelang berbagai hari besar keagamaan di Bali, seperti Ramadhan, Nyepi, Idul Fitri, Galungan, dan Kuningan. Bagaimana BI Bali akan mengatasinya? Dengan meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Erwin Soeriadimadja menjelaskan bahwa peningkatan harga jagung global berdampak pada biaya produksi pakan ternak, yang selanjutnya dapat memicu kenaikan harga daging ayam dan telur. Situasi ini diperparah dengan prediksi peningkatan permintaan menjelang rangkaian hari besar keagamaan tersebut. Selain itu, potensi kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng juga menjadi perhatian, seiring dengan tren kenaikan harga emas global dan minyak sawit mentah (CPO).
BI Bali menyadari pentingnya langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas harga dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat Bali. Oleh karena itu, efisiensi rantai pasok menjadi fokus utama dalam strategi mitigasi risiko kenaikan harga. Dengan mengoptimalkan rantai pasok, diharapkan dampak kenaikan harga jagung global dapat diminimalisir dan harga daging ayam serta telur tetap terkendali.
Mitigasi Risiko Kenaikan Harga Pangan di Bali
Untuk mengurangi risiko lonjakan harga, BI Bali mendorong beberapa strategi. Salah satunya adalah penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk badan usaha milik desa (BUMDes), Perusahaan Umum Daerah (Perumda) pangan, dan koperasi. Kerja sama yang kuat antar pelaku usaha, mulai dari hulu hingga hilir, juga menjadi kunci. Hal ini mencakup kerja sama antara petani, penggilingan, Perumda pangan, serta pengelola hotel, restoran, dan kafe (HOREKA).
Peningkatan efisiensi rantai pasok juga diarahkan pada peningkatan penggunaan produk lokal. Dengan mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mengoptimalkan potensi lokal, diharapkan stabilitas harga dapat lebih terjaga. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
BI Bali juga menekankan pentingnya pemantauan harga secara berkala melalui Sistem Informasi Harga Pangan Strategis (Sigapura) Bali. Data dari Sigapura Bali menunjukkan harga daging ayam ras di 60 pasar di Bali rata-rata mencapai Rp40.896 per kilogram pada 4 Maret 2025, dengan harga tertinggi di Kabupaten Karangasem mencapai Rp45.000 per kilogram. Sementara itu, harga telur ayam ras rata-rata Rp2.000 per butir atau Rp55.000-Rp60.000 per kerat (30 butir).
Harga telur ayam ras per kilogram rata-rata mencapai Rp27.733, dengan harga tertinggi di Kabupaten Jembrana mencapai Rp31.080 per kilogram. Data ini menjadi acuan penting dalam memantau perkembangan harga dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Produksi Jagung Nasional dan di Bali
Data dari Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan produksi jagung nasional pada periode Januari-April 2025. Luas panen diperkirakan mencapai 1,05 juta hektare, meningkat dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 0,89 juta hektare. Produksi jagung pipilan kering kadar air 28 persen diperkirakan mencapai 8,04 juta ton, meningkat dari 6,79 juta ton pada periode yang sama tahun 2024. Sedangkan produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen diperkirakan mencapai 5,95 juta ton.
Di Bali, peningkatan produksi jagung juga tercatat. Luas panen diperkirakan mencapai 4.899 hektare pada Januari-April 2025, meningkat dari 2.669 hektare pada periode yang sama tahun 2024. Produksi jagung pipilan kering kadar air 28 persen diperkirakan mencapai 25.650 ton, meningkat dari 14.508 ton pada periode yang sama tahun 2024. Produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen diperkirakan mencapai 18.962 ton, meningkat dari 10.725 ton pada periode yang sama tahun 2024.
Pemerintah juga telah mengambil langkah untuk mendukung petani jagung dengan menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung menjadi Rp5.500 per kilogram dari sebelumnya Rp5.000 per kilogram, sesuai Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 18 Tahun 2025. Kenaikan HPP ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong peningkatan produksi jagung.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh BI Bali dan pemerintah, diharapkan stabilitas harga pangan di Bali dapat terjaga dan masyarakat dapat tetap mengakses kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, terutama menjelang dan selama berbagai hari besar keagamaan.