BKSDA dan PLN Perkuat Kerja Sama Lestarikan Satwa Endemik Mentawai
BKSDA Sumbar dan PLN UID Sumbar perpanjang kerja sama selama 10 tahun untuk melindungi flora dan fauna di TWA Saibi Sarabua, Mentawai, khususnya primata endemik bokkoi.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat resmi melanjutkan kerja sama mereka dalam upaya pelestarian flora dan fauna di Taman Wisata Alam (TWA) Saibi Sarabua, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kerja sama ini, yang telah dimulai sejak tahun 2022, akan berlangsung selama 10 tahun ke depan dan difokuskan pada perlindungan satwa endemik Mentawai, seperti bokkoi (Macaca siberu).
Kepala BKSDA Sumbar, Lugi Hartanto, menjelaskan bahwa kerja sama ini mencakup enam poin penting. Poin-poin tersebut meliputi pembangunan dan pemeliharaan jaringan listrik, perlindungan dan pengamanan kawasan TWA Saibi Sarabua, pelestarian flora dan fauna, pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, penguatan kelembagaan, serta perencanaan pemantauan dan evaluasi kerja sama secara berkala. Kolaborasi ini diharapkan dapat mencegah aktivitas masyarakat yang mengancam ekosistem, seperti perburuan liar.
"Konteks kerja sama ini PLN mendukung perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di TWA Saibi Sarabua," kata Lugi Hartanto di Padang, Rabu (5/3). Dengan dukungan PLN, pengawasan aktivitas di sekitar TWA Saibi Sarabua dapat ditingkatkan, meminimalisir ancaman terhadap satwa endemik yang dilindungi.
Enam Poin Penting Kerja Sama BKSDA dan PLN
Kerja sama antara BKSDA Sumbar dan PLN UID Sumbar ini memiliki enam poin utama yang saling berkaitan dan mendukung keberhasilan pelestarian alam di TWA Saibi Sarabua. Pertama, PLN berkomitmen untuk membangun, memelihara, dan mengoperasikan jaringan listrik di kawasan tersebut. Hal ini sangat penting untuk mendukung kegiatan pengawasan dan pemantauan oleh BKSDA.
Kedua, kedua lembaga akan bekerja sama dalam perlindungan dan pengamanan kawasan TWA Saibi Sarabua dari ancaman perburuan liar dan aktivitas ilegal lainnya. Ketiga, fokus utama adalah pelestarian flora dan fauna endemik Mentawai, termasuk primata bokkoi yang terancam punah. Keempat, kerja sama ini juga mencakup peningkatan peran dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TWA Saibi Sarabua agar turut serta dalam upaya konservasi.
Kelima, poin penting lainnya adalah penguatan kelembagaan dalam pengelolaan TWA Saibi Sarabua. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam upaya pelestarian alam. Keenam dan terakhir, akan dilakukan perencanaan pemantauan dan evaluasi kerja sama secara berkala untuk memastikan keberlanjutan program dan penyesuaian strategi jika diperlukan. Evaluasi ini akan menjadi dasar untuk perbaikan dan peningkatan upaya konservasi di masa mendatang.
Peran Strategis PLN dalam Konservasi
Lugi Hartanto menekankan bahwa kerja sama dengan PLN sangat krusial karena keberadaan listrik sangat dibutuhkan untuk mendukung berbagai aktivitas pengawasan dan pemantauan di TWA Saibi Sarabua. PLN, sebagai bagian dari komitmennya untuk menyediakan pasokan listrik ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), termasuk Mentawai, memiliki peran strategis dalam mendukung upaya konservasi ini.
"Jadi, setiap tahun itu PLN memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan bersama BKSDA salah satunya terkait aliran listrik," ujar Lugi Hartanto. Hal ini menunjukkan komitmen jangka panjang PLN dalam mendukung pelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem di TWA Saibi Sarabua. Ketersediaan listrik akan mempermudah pengawasan, pemantauan, dan berbagai kegiatan konservasi lainnya.
Dengan adanya kerja sama yang kuat antara BKSDA Sumbar dan PLN UID Sumbar, diharapkan upaya pelestarian satwa endemik di TWA Saibi Sarabua, khususnya bokkoi, akan semakin efektif dan berkelanjutan. Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi aktif dalam upaya konservasi alam di Indonesia.