BPOM Jajaki Kerja Sama dengan ARISE untuk Perkuat Uji Klinik Nasional
BPOM dan ARISE jajaki kerja sama untuk memperkuat uji klinik di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan resistensi antimikroba dan keterbatasan uji klinik nasional.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan National Center for Global Health and Medicine-Academic Research Organization Alliance for Southeast and East Asia (NCGM-ARISE) tengah menjajaki peluang kerja sama strategis. Kerja sama ini difokuskan untuk memperkuat pelaksanaan uji klinik di Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta pada Kamis, 27 Februari 2024.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa BPOM memiliki peran krusial dalam perizinan obat dan makanan di Indonesia, termasuk pengawasan uji klinik dan ekspor-impor obat. Ia menekankan tantangan yang dihadapi Indonesia, yaitu resistensi antimikroba (AMR) dan terbatasnya jumlah uji klinik. "Saat ini, kami sedang menghadapi tantangan terkait antimicrobial resistance (AMR) dan jumlah uji klinik di Indonesia yang masih terbatas. BPOM akan mempercepat akses obat inovasi sebagaimana arahan Presiden," ujar Taruna, tanpa menyebut nama Presiden secara spesifik.
Kerja sama ini diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut dan mendukung percepatan akses terhadap obat-obatan inovatif, sejalan dengan arahan Presiden. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin kompleks.
Penguatan Uji Klinik Nasional melalui Kolaborasi
ARISE, melalui Sekretaris Jenderal Daisuke Tokita, menyambut positif inisiatif kerja sama dengan BPOM. ARISE menawarkan kerja sama komprehensif, mengacu pada pengalaman kolaborasi mereka dengan Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. "ARISE dibentuk untuk memastikan dan menjaga integritas, keamanan, etik, dan kualitas uji klinik berkolaborasi dengan industri. Selain itu, juga berpartisipasi dalam melaksanakan uji klinik serta memastikan penerapan kapasitas bagi sumber daya uji klinik," jelas Daisuke.
ARISE memiliki berbagai aktivitas pendukung, termasuk konsultasi uji klinik, penyelenggaraan International Infectious Disease Forum (IIDF), pertemuan rutin, pengembangan kapasitas, dan penerjemahan kerangka kerja kompetensi untuk peneliti klinis profesional ke dalam lima bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Kolaborasi ini diyakini akan saling menguntungkan dan memperkuat kapasitas riset kesehatan di Indonesia.
Koordinator ARISE, Sifa Muchanga, menambahkan bahwa ARISE telah membangun jejaring di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, ARISE telah bermitra dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, Universitas Pelita Harapan. Hal ini menunjukkan komitmen ARISE dalam pengembangan riset kesehatan di Indonesia.
Fokus Kolaborasi: Resistensi Antimikroba dan Pengembangan Kapasitas
Kedua belah pihak akan mengidentifikasi area potensial kolaborasi, terutama dalam penelitian penyakit infeksi. Fokus utama kolaborasi akan meliputi upaya penanggulangan resistensi antimikroba, pengembangan kapasitas SDM di bidang uji klinik, dan transfer teknologi. Kerja sama ini diharapkan akan menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi sistem kesehatan Indonesia.
Dengan pengalaman dan jaringan ARISE yang luas, serta peran strategis BPOM dalam pengawasan obat dan makanan, kolaborasi ini diproyeksikan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas uji klinik di Indonesia. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan akses masyarakat terhadap obat-obatan yang aman, efektif, dan berkualitas.
Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas Indonesia dalam menghadapi tantangan kesehatan global, khususnya dalam hal resistensi antimikroba. Dengan sinergi antara BPOM dan ARISE, diharapkan Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.