BPS NTB Desak Bulog Segera Keluarkan 51 Ribu Ton Jagung
Badan Pusat Statistik NTB mendesak Bulog segera mengeluarkan 51 ribu ton jagung dari gudang untuk mencegah penurunan harga saat panen raya tiba.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk segera mengeluarkan sebanyak 51 ribu ton jagung dari gudang penyimpanan. Peringatan tersebut disampaikan Kepala BPS NTB, Wahyudin, di Mataram pada Senin, 3 Maret 2025. Langkah ini dinilai krusial mengingat musim panen jagung di NTB akan segera tiba.
Wahyudin menjelaskan, "Bulog harus segera mempersiapkan gudang penyimpanan untuk gabah atau beras. Sebanyak 51 ribu ton jagung yang masih tersimpan itu harus segera dikeluarkan." Pernyataan ini disampaikan mengingat potensi produksi jagung NTB yang sangat besar. BPS mencatat, produksi jagung NTB mencapai 1,2 juta ton sepanjang tahun 2024, dan diperkirakan akan meningkat hingga 683,95 ribu ton pada periode Januari-April 2025, meningkat 56,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Wahyudin menekankan pentingnya langkah cepat Bulog. Data BPS menunjukkan bahwa pada Januari 2025, NTB telah mengirim 72.454 ton jagung melalui jalur laut. Yang menjadi perhatian adalah, tidak satu pun jagung tersebut berasal dari stok Bulog. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap harga jagung di pasaran.
Antisipasi Panen Raya dan Stabilitas Harga Jagung
BPS NTB memprediksi potensi kenaikan produksi jagung di NTB pada periode Januari-April 2025 mencapai 246,96 ribu ton. Jumlah ini lebih dari setengah total produksi jagung NTB sepanjang tahun 2024. Kondisi ini berpotensi menimbulkan surplus produksi jika Bulog tidak segera mengeluarkan stok jagung yang ada.
Keberadaan stok jagung Bulog yang besar dan belum dikeluarkan dikhawatirkan akan mempengaruhi serapan Bulog terhadap hasil panen petani. Hal ini berisiko menekan harga jagung di pasaran, terutama saat panen raya tiba. Penurunan harga akan berdampak langsung pada pendapatan petani jagung di NTB.
Wahyudin menegaskan, "Bila jagung milik Bulog yang masih tersimpan tidak segera dikeluarkan, maka berpotensi mempengaruhi tingkat serapan Bulog terhadap hasil produksi petani dan mempengaruhi harga. Ketika panen raya, namun angka serapan rendah berpeluang menurunkan harga jagung dan menimbulkan gejolak di tingkat petani jagung lokal di Nusa Tenggara Barat."
Pentingnya Koordinasi dan Antisipasi
Data produksi dan stok jagung yang dimiliki BPS NTB sangat penting sebagai bahan antisipasi. Informasi ini perlu dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait, termasuk Bulog, pemerintah daerah, dan para petani. Koordinasi yang baik akan membantu dalam menentukan strategi yang tepat untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan kesejahteraan petani.
Langkah-langkah antisipatif perlu diambil untuk mencegah dampak negatif dari surplus produksi jagung. Selain mengeluarkan stok jagung yang ada, Bulog juga perlu mempersiapkan kapasitas penyimpanan yang memadai untuk menyerap hasil panen petani. Pemerintah daerah juga perlu berperan aktif dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada petani.
Wahyudin menyimpulkan, "Data-data ini harus kita gunakan untuk antisipasi ke depan untuk memitigasi terkait kesiapan gudang dan juga kesiapan antisipasi harga." Dengan demikian, koordinasi dan antisipasi yang tepat akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga jagung dan kesejahteraan petani di NTB.
Secara keseluruhan, situasi ini menyoroti pentingnya koordinasi dan perencanaan yang matang dalam pengelolaan stok pangan. Ketepatan langkah Bulog dalam mengeluarkan stok jagung akan sangat menentukan keberhasilan upaya menjaga stabilitas harga dan melindungi kesejahteraan petani jagung di NTB.