BSI Bidik Bisnis Emas dan Haji untuk Dorong Kinerja di 2025
Bank Syariah Indonesia (BSI) fokus kembangkan bisnis emas dan haji lewat aplikasi BYOND untuk tingkatkan kinerja pada tahun 2025, didukung lonjakan minat masyarakat dan potensi pasar yang besar.
Jakarta, 30 April 2025 - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengumumkan strategi bisnisnya untuk tahun 2025, dengan fokus utama pada pengembangan sektor emas dan haji. Strategi ini diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Langkah ini juga memanfaatkan aplikasi super apps BYOND yang diluncurkan pada kuartal IV 2024.
Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, dalam konferensi pers daring 'Paparan Kinerja Triwulan I 2025', menjelaskan bahwa BSI akan memaksimalkan lisensi bullion bank yang telah diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Potensi pasar emas yang besar, dikombinasikan dengan jumlah nasabah BSI yang mencapai 22 juta, menjadi landasan utama strategi ini. Meskipun minat masyarakat terhadap emas bersifat fluktuatif, BSI melihat peluang besar mengingat baru sekitar 600 ribu nasabah yang memanfaatkan produk emas, dan hanya 120 ribu yang menggunakan layanan tabungan emas dengan lisensi bullion bank. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan.
Lisensi resmi pelaksanaan bank emas dari OJK, yang diperoleh pada 12 Februari 2025, memungkinkan BSI untuk menjalankan dua kegiatan utama, yaitu penitipan dan perdagangan emas. Salah satu produk unggulannya adalah BSI Emas, yang penjualannya melalui aplikasi BYOND by BSI mengalami peningkatan signifikan. Tren positif ini didorong oleh meningkatnya minat masyarakat dan kesiapan produk yang ditawarkan.
Pertumbuhan Signifikan Bisnis Emas BSI
Data menunjukan pertumbuhan yang pesat pada bisnis emas BSI. Jumlah rekening BSI Emas tumbuh 28 persen secara year on year (yoy) menjadi 119 ribu rekening pada Maret 2025. Saldo emas juga meningkat tajam, mencapai 621 kilogram atau tumbuh 118 persen yoy pada periode yang sama. Selain BSI Emas, BSI juga menawarkan layanan cicil emas dan gadai emas, yang turut berkontribusi pada pertumbuhan bisnis emas secara keseluruhan.
Pertumbuhan bisnis pembiayaan emas secara keseluruhan mencapai 82 persen yoy, menjadi Rp14,33 triliun pada Maret 2025. Cicil emas mendominasi pertumbuhan dengan angka 168,64 persen yoy, mencapai Rp7,37 triliun. Sementara itu, gadai emas tumbuh 35,7 persen yoy, mencapai Rp6,96 triliun. Layanan gadai emas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap fee based income (FBI) perusahaan, yaitu sebesar 17,81 persen, dengan pertumbuhan FBI gadai emas mencapai 51,58 persen yoy, menjadi Rp305 miliar.
Secara keseluruhan, FBI BSI tumbuh double digit, yaitu 39,3 persen yoy, menjadi Rp1,71 triliun. Untuk pertama kalinya, fee based ratio BSI melampaui 20 persen, mencapai 20,35 persen, menunjukkan keberhasilan strategi diversifikasi pendapatan.
Potensi Besar Bisnis Haji
Selain bisnis emas, BSI juga fokus pada pengembangan bisnis haji. Strategi ini sejalan dengan harapan pemerintah agar masyarakat Muslim Indonesia membuka rekening tabungan haji sedini mungkin, mengingat semakin panjangnya antrian keberangkatan haji. Dengan memanfaatkan platform digital BYOND, BSI optimis dapat mendorong pertumbuhan bisnis ini lebih besar lagi.
Peningkatan jumlah pendaftar haji pada awal tahun 2025 menunjukkan potensi pasar yang besar. BSI melihat tabungan haji sebagai sumber pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening haji. Tingginya permintaan untuk membuka rekening haji akan direspon secara progresif oleh BSI.
Potensi pertumbuhan rekening haji diperkirakan mencapai 1,2 juta hingga 1,5 juta per tahun, yang akan berkontribusi positif terhadap DPK BSI. Hal ini menunjukkan prospek yang menjanjikan bagi pertumbuhan bisnis haji BSI di masa mendatang.
Pada kuartal I 2025, DPK BSI tumbuh 7,40 persen yoy menjadi Rp319 triliun, dengan posisi dana murah (CASA) mencapai Rp195 triliun atau tumbuh 7,57 persen yoy. Tabungan BSI, termasuk tabungan haji, tumbuh 9,37 persen yoy menjadi Rp137 triliun, dengan komposisi tabungan terhadap total DPK mencapai 42,9 persen. Porsi tabungan wadiah juga meningkat menjadi 40,9 persen pada kuartal I 2025.