Cegah Tawuran, Anak Laki-laki Perlu Belajar Ekspresikan Emosi Lewat Seni
Wakil Ketua LPSK, Livia Iskandar, menekankan pentingnya mengajarkan anak laki-laki mengekspresikan emosi negatif melalui seni untuk mencegah tawuran, seperti yang diterapkan dalam program HEART.
Sebuah tawuran antar warga di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (4/5), dipicu oleh letusan petasan, menyoroti kembali pentingnya strategi pencegahan kekerasan remaja di Jakarta. Peristiwa ini terjadi saat petugas patroli meninggalkan pos pantau, menekankan perlunya pengawasan yang lebih ketat. Namun, akar masalah tersebut jauh lebih dalam daripada sekadar pengawasan, menuntut pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan emosi dan pengembangan bakat anak muda.
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) periode 2019-2024, Livia Iskandar, menyoroti perlunya pendekatan alternatif dalam menangani perilaku agresif pada anak laki-laki. Ia menekankan pentingnya mengajarkan mereka untuk mengekspresikan emosi negatif dengan cara yang konstruktif, bukan melalui kekerasan. Menurut Livia, seni menjadi media efektif untuk mencapai hal tersebut.
Dalam talkshow 'Ruang Publik Tanpa Takut: Bergerak Bersama Melawan Kekerasan Seksual' yang diadakan Dinas PPAPP DKI Jakarta, Selasa, Livia memaparkan pentingnya program HEART (Healing and Education through the Arts). Program ini menggunakan seni ekspresif seperti menggambar, melukis, musik, dan drama untuk mendukung psikososial anak, remaja, dan orang dewasa. "Satu program juga yang menurut saya sangat penting, adalah bagaimana anak laki-laki juga diberikan kesempatan untuk berkarya lewat kesenian," ujar Plt Direktur Eksekutif Yayasan Pulih tersebut.
Program HEART dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Tawuran
Program HEART telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi perilaku agresif dan tawuran di sekolah-sekolah yang menerapkannya. "Guru-guru mengatakan sejak sekolahnya menerapkan program HEART, anak laki-laki jadi tidak terlalu banyak yang tawuran, tidak terlalu banyak yang agresif," kata Livia. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis seni dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi masalah perilaku anak laki-laki.
Program ini tidak hanya membantu anak-anak mengekspresikan emosi mereka, tetapi juga memberikan mereka wadah untuk mengembangkan kreativitas dan bakat. Dengan menyalurkan energi dan emosi mereka melalui seni, anak-laki-laki dapat menghindari perilaku destruktif seperti tawuran.
Pentingnya keterlibatan seni dalam pendidikan karakter anak laki-laki semakin ditekankan oleh keberhasilan program HEART. Program ini membuktikan bahwa seni bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga alat yang ampuh untuk membentuk karakter dan mencegah perilaku agresif.
Peran Pemerintah dan Pentingnya Ruang Publik Ramah Anak
DPRD DKI Jakarta juga turut menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam pencegahan tawuran. Mereka berpendapat bahwa Pemprov DKI perlu meningkatkan sosialisasi langsung kepada masyarakat. Selain itu, peningkatan fungsi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga sangat penting agar anak-anak memiliki tempat untuk menyalurkan bakat dan hobi mereka.
Kurangnya akses terhadap tempat menyalurkan hobi seringkali menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak terlibat dalam tawuran. Dengan menyediakan lebih banyak RPTRA yang memadai dan kegiatan positif, anak-anak dapat diarahkan pada kegiatan yang lebih produktif dan menghindari perilaku negatif.
Peningkatan kualitas dan kuantitas RPTRA bukan hanya sekadar menyediakan fasilitas fisik, tetapi juga perlu diiringi dengan program-program yang menarik dan sesuai dengan minat anak-anak. Hal ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait.
Kesimpulannya, pencegahan tawuran membutuhkan pendekatan multi-faceted. Selain meningkatkan pengawasan, pendidikan emosi melalui program seperti HEART dan penyediaan ruang publik yang ramah anak merupakan langkah krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi anak-anak muda di Jakarta. Dengan memberikan anak laki-laki kesempatan untuk mengekspresikan emosi mereka melalui seni dan menyediakan wadah untuk menyalurkan bakat mereka, kita dapat bersama-sama mencegah terjadinya tawuran dan menciptakan generasi muda yang lebih positif dan bertanggung jawab.