Crustea: Inovasi Akuakultur untuk Ketahanan Pangan Indonesia
Dari hobi menikmati seafood, Nafi'ah dan timnya di Crustea menciptakan inovasi teknologi akuakultur berkelanjutan yang meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional para petambak di Indonesia.
Di Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) 2025, di tengah deretan perusahaan teknologi ternama dari berbagai negara, sebuah perusahaan Indonesia, Crustea, berhasil mencuri perhatian. Mereka hadir dengan inovasi teknologi akuakultur berkelanjutan, menjawab tantangan ketahanan pangan Indonesia.
Kisah Crustea berawal dari kecintaan pendirinya, Roikhanatun Nafi’ah (Nafi), terhadap seafood. Bermula dari usaha budidaya udang pada 2019, Nafi dan timnya menghadapi berbagai kendala, termasuk gagal panen yang berulang. Pengalaman ini, yang bermula dari kegagalan panen, mendorongnya untuk mencari solusi teknologi.
Mencari Solusi dengan Teknologi
Kegagalan panen berulang selama tiga tahun membuat Nafi menyadari pentingnya kualitas air dalam keberhasilan budidaya. Berbekal latar belakang di bidang teknologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Nafi bersama timnya fokus pada pengembangan teknologi untuk mengatasi masalah ini. Ide untuk mendirikan perusahaan teknologi akuakultur berkelanjutan pun muncul pada tahun 2020, dan akhirnya terealisasi pada tahun 2022.
Inovasi untuk Efisiensi dan Produktivitas
Crustea mengembangkan dua inovasi utama: manajemen kualitas air dan efisiensi energi. Eco-aerator, sistem pemberian oksigen yang lebih efisien daripada teknologi kincir konvensional, meningkatkan kadar oksigen dan produktivitas budidaya. Sementara itu, EBII System, sistem pemantauan dan pengendalian kualitas air, memastikan operasional yang efisien dan hemat energi.
Integrasi dengan panel surya semakin memperkuat efisiensi sistem. Para petambak dapat memangkas biaya listrik hingga 80 persen, bahkan dapat beroperasi di daerah tanpa akses listrik. Dampaknya signifikan; peningkatan kualitas udang hingga dua kali lipat dan pengurangan biaya operasional listrik dari rata-rata Rp8 juta per bulan menjadi Rp2 juta per bulan.
Dampak Luas dan Ekspansi ke Depan
Saat ini, Crustea telah menjangkau sekitar 500 petambak di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Nafi menargetkan perluasan ekosistem Crustea hingga ribuan petambak dan ekspansi ke 10 wilayah baru dalam dua tahun mendatang. Lebih dari itu, Crustea juga menjalankan program pemberdayaan perempuan di sektor akuakultur, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan nilai tambah.
Keberlanjutan dan Lingkungan
Komitmen Crustea pada keberlanjutan terlihat jelas melalui penggunaan panel surya yang mengurangi emisi karbon dari penggunaan bahan bakar diesel. Kisah Crustea merupakan contoh nyata bagaimana inovasi teknologi dapat mengatasi tantangan ketahanan pangan dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Perjalanan Crustea membuktikan bahwa solusi inovatif dapat lahir dari pengalaman, kepekaan terhadap permasalahan di sekitar, dan tekad untuk menciptakan perubahan nyata. Dari kesukaan akan seafood, Nafi dan timnya berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia.