Dorong Pers Mahasiswa Bersuara: AJA 2024 dan Tantangan Jurnalisme Indonesia
Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2024 mengajak pers mahasiswa berpartisipasi, namun minimnya animo menimbulkan pertanyaan tentang peran dan tantangan pers kampus di tengah industri pers Indonesia yang dinamis.
Untuk pertama kalinya, Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2024 membuka kesempatan bagi pers mahasiswa untuk berkompetisi memperebutkan piala bergengsi dan hadiah uang tunai senilai 25 juta rupiah. Namun, partisipasi pers mahasiswa terbilang minim. Hal ini terjadi meskipun panitia telah berupaya merangkul pers kampus melalui pelatihan dan membuka kategori khusus, menunjukkan adanya tantangan yang lebih kompleks dalam mendorong peran aktif pers mahasiswa di Indonesia.
Tema lomba pers mahasiswa AJA 2024, "Kepedulian Generasi Z terhadap Lingkungannya", diharapkan dapat menarik minat mahasiswa. Namun, jumlah kampus yang mencapai lebih dari 3.100 di Indonesia, hampir semuanya memiliki lembaga pers mahasiswa, menunjukkan potensi besar yang belum tergali sepenuhnya. Minimnya partisipasi ini menunjukkan adanya faktor lain di luar kurangnya informasi atau tantangan tema lomba.
Fenomena ini mengarah pada pertanyaan mendasar tentang peran dan idealisme pers mahasiswa di era modern. Apakah penghargaan materi menjadi motivasi utama, ataukah ada faktor lain yang lebih penting bagi mahasiswa dalam berkiprah di dunia jurnalistik? Pandangan Adinegoro, perintis pers Indonesia, yang menekankan panggilan hati dan integritas dalam jurnalisme, menjadi relevan untuk direnungkan dalam konteks ini. "Pers, seperti mata-air uang, yang akan tumbuh dengan baik jika pemimpin dan wartawannya tidak mata duitan," tulis Adinegoro dalam bukunya Falsafah Merdeka (1950).
Pers Mahasiswa: Antara Idealime dan Tantangan Industri Pers
Pers mahasiswa memiliki sejarah panjang sebagai bagian integral dari gerakan mahasiswa, berperan dalam melawan penjajahan melalui tulisan-tulisan kritis. Mereka seringkali mengungkap isu-isu sosial dan menanamkan kesadaran berbangsa. Adinegoro sendiri, selama masa mudanya, merupakan contoh nyata bagaimana seorang mahasiswa dapat menggunakan jurnalistik sebagai alat untuk melawan penindasan kolonial.
Namun, industri pers Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar. Banyak perusahaan pers, terutama online, mengalami kebangkrutan. Skor Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) yang rendah dan tingginya pengaduan masyarakat terkait etika dan profesionalisme wartawan menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Dalam konteks ini, peran pers mahasiswa sebagai media alternatif yang kritis menjadi semakin penting.
Pers mahasiswa, selain meliput isu kampus, juga sering mengangkat isu-isu publik. Mereka menunjukkan keberpihakan pada berbagai permasalahan, seringkali dengan risiko yang cukup besar. Contohnya, tulisan Zulkifli Ramadhani dari Universitas Andalas yang memenangkan kategori pers kampus AJA 2024, menunjukkan kemampuan pers mahasiswa dalam mengangkat isu lingkungan.
Riset menunjukkan adanya kekerasan terhadap pers mahasiswa, seperti teguran, pencabutan berita, dan bahkan ancaman terhadap dana operasional. Namun, pers mahasiswa tetap eksis, dan banyak alumni pers kampus yang sukses menjadi wartawan profesional di media terkemuka. Hal ini menunjukkan ketahanan dan potensi besar yang dimiliki pers mahasiswa.
Potensi dan Dukungan untuk Pers Mahasiswa
Dewan Pers menyadari potensi besar pers mahasiswa sebagai cikal bakal wartawan profesional dan media alternatif. Mereka memperhatikan perkembangan pers kampus dan memberikan perlindungan bagi mereka. Kerja sama antara Dewan Pers dan Ditjen Dikti Ristek bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan memberikan perlindungan hukum bagi pers mahasiswa.
Berbagai pelatihan jurnalistik dan program "Dewan Pers Sambang Kampus" diharapkan dapat meningkatkan kualitas karya jurnalistik mahasiswa. Kolaborasi antara media besar dan pers mahasiswa juga dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan berkontribusi dalam liputan investigasi.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dewan Pers dan media besar, sangat penting untuk mendorong pers mahasiswa agar lebih berani bersuara dan berkembang menjadi wartawan profesional. Dengan meningkatkan kompetensi, memberikan perlindungan, dan memberikan kesempatan berkolaborasi, pers mahasiswa dapat menjadi bagian penting dalam memperkuat demokrasi dan menjaga kemerdekaan pers di Indonesia.
Partisipasi yang lebih besar dari pers mahasiswa dalam ajang seperti AJA 2024 merupakan langkah positif untuk mendorong peran mereka dalam industri jurnalistik. Namun, dukungan berkelanjutan dan perhatian terhadap tantangan yang mereka hadapi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan potensi besar yang dimiliki pers mahasiswa Indonesia.