Ekonomi China 2024: Pertumbuhan 5 Persen di Tengah Tantangan Berat
Perdana Menteri Li Qiang mengakui ekonomi China tahun 2024 dihadapkan pada tantangan berat, namun tetap berhasil mencapai pertumbuhan 5 persen di tengah lesunya permintaan domestik dan tekanan eksternal.
Beijing, 5 Maret 2025 - Perdana Menteri China, Li Qiang, dalam pidato pembukaan Sidang Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing, mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi China tahun 2024 tidak mudah dicapai. Meskipun demikian, China berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, mencapai Produk Domestik Bruto (PDB) 134,9 triliun yuan (sekitar Rp298 kuadriliun).
Li Qiang menjelaskan, pencapaian tersebut diraih di tengah berbagai tantangan. "Pencapaian kita pada 2024 tidak diraih dengan mudah. Dampak buruk dari perubahan kondisi internasional dan beberapa masalah struktural yang mengakar yang telah menumpuk di dalam negeri selama bertahun-tahun mulai tampak," ujarnya. Ia menunjuk lesunya permintaan domestik, harapan publik yang lemah, dan bencana alam seperti banjir sebagai beberapa faktor penghambat.
Meskipun demikian, Li Qiang menekankan bahwa China tetap menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, berkontribusi sekitar 30 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global. Selain pertumbuhan ekonomi, pemerintah China juga berhasil menciptakan 12,56 juta lapangan kerja di wilayah perkotaan, dengan tingkat pengangguran rata-rata 5,1 persen. Cadangan devisa China juga melampaui 3,2 triliun dolar AS (Rp51.200 kuadriliun).
Tantangan Ekonomi China Tahun 2024
Li Qiang mengakui bahwa ekonomi China mengalami penurunan sejak kuartal kedua 2024, setelah awal yang baik di kuartal pertama. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Pemerintah merespon dengan berbagai langkah untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk kebijakan untuk mengatasi penurunan di pasar properti, seperti menurunkan suku bunga pinjaman kredit perumahan dan uang muka properti.
Pemerintah juga melakukan reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan meningkatkan tata kelola sektor-sektor milik negara. Langkah lain yang diambil adalah penyusunan rancangan undang-undang usaha swasta untuk mendukung ekosistem perusahaan swasta. Semua upaya ini dilakukan untuk membendung penurunan dan memulihkan stabilitas ekonomi.
Tantangan eksternal yang dihadapi China meliputi pelemahan pertumbuhan ekonomi global, meningkatnya unitarisme dan proteksionisme, gangguan sistem perdagangan multilateral, dan peningkatan hambatan tarif. Hal ini merusak stabilitas rantai industri dan pasokan global, serta menghambat ekonomi internasional. Ketegangan geopolitik juga memengaruhi ekspektasi pasar global dan kepercayaan investasi, memicu risiko volatilitas di pasar global.
Di dalam negeri, fondasi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan masih lemah. Permintaan dan konsumsi masih lesu, beberapa perusahaan menghadapi kesulitan produksi dan operasi, serta keterlambatan pembayaran kredit. Semua ini memberikan tekanan terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan.
Langkah-langkah Pemerintah China
Pemerintah China juga mengakui adanya masalah internal, seperti kurangnya koordinasi antar kementerian pemerintah, tindakan sewenang-wenang beberapa pejabat, dan masih adanya masalah korupsi di beberapa sektor dan daerah. Untuk mengatasi hal ini, Li Qiang mengajak anggota NPC untuk meningkatkan upaya dalam mengatasi masalah sosial dan kurangnya koordinasi.
Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5 persen untuk tahun 2025, sama dengan target tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan melakukan perbaikan struktural dan peralihan ke sektor pendorong pertumbuhan ekonomi baru. Pemerintah juga menetapkan rasio defisit terhadap PDB sekitar 4 persen, dan meningkatkan pengeluaran pemerintah serta menerbitkan obligasi ultra-panjang.
Dari jumlah obligasi ultra-panjang tersebut, 500 miliar yuan akan digunakan untuk pemulihan modal bank-bank BUMN. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah China untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan yang kompleks.
Secara keseluruhan, pidato Perdana Menteri Li Qiang memberikan gambaran yang realistis tentang kondisi ekonomi China tahun 2024. Meskipun pertumbuhan ekonomi 5 persen tercapai, pemerintah mengakui adanya tantangan berat yang perlu diatasi untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa depan.