Ekspor Kelapa Bulat Berlanjut, Zulhas Pastikan Tak Ada Penghentian
Menko Pangan Zulhas tegaskan tidak ada penghentian ekspor kelapa bulat meski harga dalam negeri tinggi; petani untung banyak, solusi peningkatan produksi lewat penanaman lebih banyak pohon kelapa.
Jakarta, 18 Mei 2024 - Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan), Zulkifli Hasan atau Zulhas, memberikan pernyataan resmi terkait isu penghentian ekspor kelapa bulat. Pernyataan tersebut disampaikan di Jakarta pada Kamis lalu, menanggapi kekhawatiran akan harga kelapa dalam negeri yang tinggi. Zulhas menegaskan bahwa pemerintah tidak berencana menghentikan ekspor komoditas tersebut.
Pernyataan ini muncul di tengah polemik harga kelapa yang melonjak di pasar domestik. Banyak pihak menyoroti dampak ekspor terhadap ketersediaan kelapa dalam negeri. Namun, Zulhas justru melihat sisi positif dari harga tinggi ini, yang menurutnya sangat menguntungkan para petani kelapa di Indonesia.
"Enggak ada (penghentian ekspor kelapa)," tegas Zulhas. Ia menambahkan, "Petani lagi untung banyak sekarang. Baguslah untuk petani, ya." Pernyataan ini menekankan fokus pemerintah pada kesejahteraan petani, sekaligus memberikan gambaran situasi terkini pasar kelapa.
Pemerintah Dorong Peningkatan Produksi Kelapa
Menanggapi kelangkaan kelapa di pasar domestik, Zulhas menyarankan solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan ini. Ia mendorong peningkatan produksi kelapa melalui penanaman pohon kelapa dalam jumlah yang lebih besar. Langkah ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor secara berkelanjutan.
"Solusinya tanam yang banyak," imbuh Zulhas. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya berfokus pada regulasi ekspor, tetapi juga mendorong peningkatan produksi dari hulu, yaitu sektor pertanian kelapa itu sendiri.
Langkah ini dinilai strategis untuk memastikan ketersediaan kelapa di dalam negeri, sekaligus menjaga daya saing Indonesia di pasar ekspor. Peningkatan produksi juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian petani kelapa di Indonesia.
Lebih lanjut, Zulhas menjelaskan salah satu faktor penyebab kelangkaan kelapa adalah tingginya permintaan dari China yang mengolah kelapa menjadi susu. "Kelapa sekarang langka, karena kelapa sama teman-teman dari Tiongkok diolah jadi susu. Jadi di Tiongkok sekarang orang minum kopi bukan pakai susu, tapi pakai santan kelapa, jadi kelapa mahal sekarang," jelasnya.
Pertemuan Kemendag dengan Pelaku Industri Kelapa
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, turut memberikan keterangan terkait permasalahan ini. Ia mengungkapkan bahwa Kemendag telah melakukan pertemuan dengan pelaku industri kelapa dan eksportir untuk membahas lonjakan harga kelapa. Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa harga ekspor kelapa yang lebih tinggi mendorong para pengusaha untuk lebih banyak mengekspor kelapa bulat.
Budi menjelaskan, "Kan ini mahal, karena diekspor ya. Harga ekspor memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri. Karena semua ekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri." Pernyataan ini menggarisbawahi perbedaan harga ekspor dan domestik sebagai faktor utama yang mendorong ekspor kelapa.
Kemendag menyadari pentingnya keseimbangan antara kepentingan petani, pelaku industri dalam negeri, dan eksportir. Oleh karena itu, diharapkan akan ada langkah-langkah konkret yang diambil pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan kelapa di pasar domestik, tanpa menghambat potensi ekspor yang menguntungkan petani.
Dari paparan Mendag dan Menko Pangan, terlihat bahwa pemerintah tengah berupaya menyeimbangkan peningkatan kesejahteraan petani dengan ketersediaan kelapa di pasar domestik. Solusi jangka panjang berupa peningkatan produksi kelapa menjadi kunci utama dalam mengatasi permasalahan ini.