Erupsi Gunung Ibu, Maluku Utara: 221 Warga Mengungsi
Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, memaksa 221 warga mengungsi sementara status gunung dinaikkan ke level tertinggi, dan ribuan warga lainnya berpotensi mengungsi.
Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, kembali erupsi. Akibatnya, sedikitnya 221 warga Desa Sangaji Nyeku terpaksa mengungsi pada Jumat, 17 Januari 2024. Mereka mengungsi karena erupsi yang terus-menerus terjadi. Jarak desa mereka dengan kawah gunung hanya 3,7 kilometer.
Menurut keterangan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, para pengungsi kini berlindung di Gereja Tongotesungi, Desa Akesibu, Kecamatan Ibu. Lokasi pengungsian ini dinyatakan aman dari ancaman vulkanik.
Evakuasi Tambahan Terencana
Tidak hanya itu, pihak berwenang berencana mengevakuasi warga dari lima desa di Kecamatan Tabaru. Hal ini direkomendasikan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena lokasi desa-desa tersebut dinilai rawan terhadap bahaya material vulkanik.
Proses evakuasi akan dibantu oleh personel TNI. Berdasarkan pengalaman evakuasi serupa pada Mei 2023, diperkirakan jumlah pengungsi bisa mencapai sekitar tiga ribu orang. Antisipasi ini penting mengingat potensi bahaya yang ada.
Status Gunung Ibu Naik ke Level Tertinggi
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Ibu yang signifikan pada periode 1-14 Januari 2024 membuat Badan Geologi menaikkan status gunung ke level tertinggi, yaitu Level IV, pada Rabu siang. Sebagai langkah antisipasi, masyarakat dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari puncak gunung.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari terhitung sejak Rabu. Langkah ini mendukung pelaksanaan upaya penanganan darurat bencana erupsi Gunung Ibu. Hingga Jumat siang, Gunung Ibu masih terus erupsi dengan tinggi kolom abu rata-rata 700 meter di atas puncak.
Kesimpulan
Erupsi Gunung Ibu di Maluku Utara menimbulkan keprihatinan dan memaksa ratusan warga mengungsi. Dengan status gunung yang berada di level tertinggi, kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap menjadi hal utama. Evakuasi masif diperkirakan akan terjadi mengingat potensi bahaya dan pengalaman sebelumnya.