Freeport Pacu Perbaikan Smelter Gresik, Gunakan Pesawat Kargo Antonov dan Boeing 747
PT Freeport Indonesia (PTFI) kerahkan pesawat kargo Antonov dan Boeing 747 untuk percepat perbaikan smelter di Gresik pasca kebakaran, menargetkan produksi kembali berjalan segera.
Kebakaran di pabrik asam sulfat Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur pada 14 Oktober 2024, menghentikan sementara operasional perusahaan. Akibatnya, PTFI mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga. Untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan operasional smelter secepatnya, PTFI mengambil langkah cepat dan strategis dalam perbaikan fasilitas Common Gas Cleaning (CGC) Plant.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, memastikan upaya maksimal dilakukan agar proses perbaikan berjalan efektif dan efisien. Strategi yang diterapkan adalah penggunaan pesawat kargo untuk pengiriman komponen penting dari luar negeri. Hal ini dipilih karena waktu tempuh yang jauh lebih singkat dibandingkan pengiriman laut, yaitu hanya 35 jam dengan pesawat dibandingkan 60 hari melalui jalur laut.
Keputusan untuk menggunakan jalur udara ini dinilai krusial mengingat komponen yang rusak harus segera diproduksi ulang dan tersedia dalam waktu singkat. Dengan demikian, waktu berminggu-minggu dapat dihemat dalam proses perbaikan CGC Plant. Langkah cepat ini menunjukkan komitmen PTFI untuk meminimalisir dampak dari insiden kebakaran dan segera kembali beroperasi.
Perbaikan Kilat: Strategi Pengiriman Komponen
PTFI memanfaatkan dua jenis pesawat kargo untuk pengiriman komponen, yaitu Antonov AN-124 dan Boeing 747. Pemilihan Antonov AN-124 didasarkan pada ukuran beberapa komponen penting, seperti bundel tabung dan metal expansion joints dari Jerman, yang terlalu besar untuk pesawat kargo reguler. Total tiga pengiriman menggunakan Antonov AN-124 telah dijadwalkan, dengan total berat kargo mencapai 75,7 ton. Pengiriman pertama dilakukan pada 6 Februari 2025, diikuti pengiriman kedua pada 25 Februari 2025, dan terakhir pada 2 Maret 2025, langsung dari Frankfurt, Jerman, menuju Bandara Juanda, Surabaya.
Selain Antonov, PTFI juga menggunakan Boeing 747 untuk pengiriman perdana komponen seberat 58 ton pada 29 November 2024. Penggunaan pesawat kargo berukuran besar ini menunjukkan keseriusan PTFI dalam mempercepat proses perbaikan smelter. Strategi pengiriman yang cepat dan efisien ini diharapkan dapat meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan akibat terhentinya operasional smelter.
Proses perbaikan yang dilakukan PTFI ini mendapat perhatian dari pemerintah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memberikan izin ekspor konsentrat tembaga hingga Juni 2025 dengan syarat perbaikan smelter harus selesai pada tenggat waktu tersebut. Beliau juga menekankan pentingnya komitmen PTFI dalam menyelesaikan perbaikan dengan menuntut adanya pernyataan tertulis dan dinotariskan dari Presiden Direktur PTFI.
Dampak Kebakaran dan Perbaikan Smelter
Kebakaran di pabrik asam sulfat smelter PTFI di Gresik berdampak signifikan terhadap operasional perusahaan. Terhentinya produksi memaksa PTFI untuk mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga. Perbaikan fasilitas CGC Plant menjadi kunci untuk mengembalikan operasional smelter dan memenuhi kewajiban ekspor. Dengan menggunakan pesawat kargo untuk pengiriman komponen, PTFI menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan perbaikan secepat mungkin.
Proses perbaikan ini tidak hanya melibatkan pengiriman komponen dari luar negeri, tetapi juga upaya internal PTFI dalam memastikan proses perbaikan berjalan lancar dan efisien. Kecepatan dan efisiensi perbaikan ini sangat penting, mengingat dampak ekonomi yang signifikan dari terhentinya operasional smelter. Oleh karena itu, penggunaan pesawat kargo merupakan strategi tepat untuk mengatasi kendala waktu dan memastikan perbaikan selesai sesuai target.
Perbaikan smelter di Gresik ini menjadi fokus utama PTFI saat ini. Keberhasilan perbaikan akan berdampak besar pada operasional perusahaan dan perekonomian Indonesia. Pemerintah pun turut mengawasi proses perbaikan ini untuk memastikan PTFI memenuhi komitmennya dan menyelesaikan perbaikan sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan.
Dengan strategi penggunaan pesawat kargo, PTFI berupaya meminimalisir dampak negatif dari kebakaran dan mengembalikan operasional smelter secepat mungkin. Langkah ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap efisiensi dan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah.