Grand Syekh Al-Azhar dan Ulama Dunia Tolak Keras Rencana Pemindahan Warga Palestina
Grand Syekh Al-Azhar dan para ulama dunia menolak rencana pemindahan warga Palestina, menegaskan dukungan pada perjuangan rakyat Palestina dan menyerukan persatuan umat Islam.
Jakarta, 24 Februari 2024 (ANTARA) - Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) sekaligus Grand Syekh Al-Azhar, Ahmed Al Tayyeb, bersama para ulama Muslim dunia secara tegas menolak rencana pemindahan warga Palestina dari tanah air mereka. Penolakan ini disampaikan sebagai respons atas wacana yang sebelumnya dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Sikap tegas ini diungkapkan dalam sidang ke-18 Majelis Hukama Muslimin yang berlangsung di Manama, Bahrain. Sidang tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan tokoh agama dari berbagai mazhab Islam di seluruh dunia, termasuk perwakilan dari Indonesia, seperti Quraish Shihab dan TGB M. Zainul Majdi.
Dalam keterangan resmi yang disampaikan oleh Sekjen MHM, Konselor Mohamed Abdelsalam, ditegaskan bahwa seluruh peserta sidang menolak segala bentuk pengusiran paksa warga Palestina. Mereka juga menyatakan dukungan penuh terhadap sikap negara-negara Arab dan Islam yang telah menolak rencana tersebut.
Pertemuan Ulama Dunia Bahas Isu Palestina
Pertemuan bersejarah ini menandai pertama kalinya MHM mengundang ulama dan tokoh agama dari berbagai mazhab Islam sedunia. Fokus utama pertemuan adalah membahas isu-isu seputar dialog intra-Islam, khususnya dalam konteks tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini, dengan penekanan khusus pada isu Palestina.
Para ulama memanjatkan doa agar para pemimpin Arab dapat bersatu dalam KTT Liga Arab mendatang di Mesir, demi kebaikan dan kemaslahatan umat. Mereka juga menyampaikan apresiasi tinggi atas keteguhan rakyat Palestina dalam mempertahankan tanah airnya menghadapi agresi yang brutal.
Peserta sidang menekankan pentingnya persatuan umat Islam dalam menghadapi berbagai ancaman. Mereka menyatakan dukungan penuh terhadap hasil Konferensi Dialog Intra-Islam, termasuk Piagam “Seruan Ahli Kiblat”, yang menekankan visi masa depan yang komprehensif bagi umat Islam, termasuk landasan dialog, prioritas, dan isu-isu mendesak.
Seruan Persatuan dan Dialog Intra-Islam
Para ulama juga menegaskan pentingnya membangun saling pengertian dan penghormatan, serta menghentikan segala bentuk penghinaan, ujaran kebencian, dan praktik saling mengafirkan antar umat Islam. Sebagai tindak lanjut dari “Seruan Ahli Kiblat”, disepakati pembentukan Lembaga Dialog Islam yang akan melibatkan perwakilan dari seluruh mazhab Islam.
Lembaga ini akan memantau pelaksanaan rekomendasi Konferensi Dialog Intra-Islam dan berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan dari berbagai aliran pemikiran Islam di seluruh dunia. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kerjasama antar umat Islam dalam menghadapi tantangan global.
Kesimpulannya, pertemuan para ulama dunia ini menghasilkan komitmen kuat untuk menolak rencana pemindahan warga Palestina dan memperkuat persatuan umat Islam melalui dialog dan kerjasama. Dukungan penuh diberikan kepada rakyat Palestina dalam perjuangan mempertahankan tanah airnya.