Hadapi Tarif Impor AS, Ekonom Usul Indonesia Bentuk Poros Ekonomi Baru
Ekonom senior Didik Rachbini mengusulkan perluasan pasar ekspor dan peningkatan kesepakatan ekonomi dengan negara lain, termasuk membentuk poros ekonomi baru, sebagai respons atas kebijakan tarif impor AS.
Jakarta, 10 April 2025 - Ekonom senior Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, mengusulkan strategi jitu untuk menghadapi kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Didik, yang juga pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyoroti perlunya perluasan pasar ekspor baru dan peningkatan kesepakatan ekonomi dengan negara-negara lain. Hal ini penting mengingat ekspor Indonesia ke AS berkontribusi sebesar 11-13 persen dari total ekspor nasional.
Didik memperingatkan potensi penurunan ekspor ke AS hingga 30 persen, yang berdampak sekitar 3-4 persen terhadap total ekspor Indonesia. "Porsi inilah yang harus segera digantikan dengan pasar baru dan kesepakatan baru dengan negara-negara lain, yang juga terkena dampaknya," tegasnya dalam keterangan pers di Jakarta. Untuk itu, ia mendorong langkah proaktif dalam menghadapi tantangan ini.
Sebagai solusi strategis, Didik mengusulkan pembentukan poros ekonomi baru. Inisiatif ini melibatkan konsolidasi politik dan ekonomi dengan negara-negara ASEAN, Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan), India, dan Amerika Latin (Brasil dan Meksiko). Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar AS.
Membangun Poros Ekonomi Baru: Strategi Hadapi Tarif AS
Didik menekankan pentingnya politik luar negeri yang selaras dengan politik perdagangan, dengan orientasi di luar Amerika Serikat. "Diplomasi politik ke kawasan-kawasan ASEAN, Asia Timur, India, dan Amerika Latin adalah peluang baru dalam era perang dagang saat ini," ujarnya. Ia menambahkan bahwa langkah diplomasi dan diplomasi ekonomi sangat penting dalam situasi ekonomi yang terguncang.
Selain strategi eksternal, Didik juga menyoroti pentingnya penataan kebijakan ekonomi dalam negeri. Hal ini meliputi menjaga ketenangan makro ekonomi, mengendalikan inflasi untuk melindungi kesejahteraan rakyat, dan menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Bank Indonesia (BI) memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Rencana industrialisasi dan hilirisasi juga harus tetap berjalan sesuai rencana untuk memperkuat ekonomi domestik. Langkah ini akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global dan mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah.
Respon Pemerintah Indonesia
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara, namun tetap menaikkan bea masuk ke China sebesar 125 persen. Negara-negara lain hanya dikenakan tarif dasar 10 persen untuk baja, aluminium, dan mobil. Trump menyatakan lebih dari 75 negara siap bernegosiasi dengan AS, namun tetap akan meninjau kemungkinan menaikkan tarif di sektor farmasi.
Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan paket negosiasi untuk menghadapi kebijakan tarif AS di Washington DC. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memilih jalur diplomasi sebagai solusi yang saling menguntungkan, tanpa retaliasi. Indonesia akan melakukan pertemuan dengan negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyatukan sikap menghadapi kebijakan AS.
Airlangga menyatakan, "Indonesia akan mendorong beberapa kesepakatan dan dengan beberapa negara ASEAN, menteri perdagangan juga berkomunikasi selain dengan Malaysia juga dengan Singapura, dengan Kamboja dan yang lain untuk mengalibrasi sikap bersama ASEAN." Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk mencari solusi bersama dalam menghadapi tantangan global.
Kesimpulannya, usulan pembentukan poros ekonomi baru oleh Didik Rachbini merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar AS dan menghadapi dampak negatif dari kebijakan tarif impor AS. Strategi ini perlu diimbangi dengan kebijakan ekonomi dalam negeri yang kuat dan terintegrasi.