Harga Emas Tembus US$3.200 per Troy Ounce, Faktor Geopolitik Jadi Pemicu Utama
Kenaikan harga emas dunia hingga US$3.200 per troy ounce didorong oleh faktor geopolitik global, seperti konflik Rusia-Ukraina dan kebijakan AS yang menjadikan emas sebagai aset Tier I.
Harga emas dunia baru-baru ini mencapai angka signifikan, yakni US$3.200 per troy ounce. Lonjakan ini bukan hanya disebabkan oleh peningkatan permintaan, tetapi lebih disebabkan oleh faktor geopolitik global yang kompleks dan dinamis. Konflik-konflik internasional, seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah, menjadi pemicu utama kenaikan harga emas ini. Hal ini diungkapkan oleh Edi Permadi, Direktur Utama PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dan pakar pertambangan, dalam sebuah pernyataan di Jakarta.
Menurut Edi Permadi, eskalasi konflik di berbagai belahan dunia, termasuk konflik antara Israel dengan Hamas dan Hizbullah, serta kebijakan resiprokal yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat, telah berkontribusi signifikan terhadap penguatan harga emas. Model Gold Return Attribution (GRAM) yang dikembangkan oleh World Gold Council bahkan menyebutkan bahwa risiko geopolitik memberikan kontribusi sebesar 5,15 persen terhadap kenaikan harga emas sepanjang tahun ini. Kenaikan ini menunjukkan bagaimana emas menjadi instrumen investasi yang aman di tengah ketidakpastian global.
Prospek harga emas di masa mendatang pun dinilai masih positif. Mengutip analisis JP Morgan, Edi Permadi memperkirakan harga emas akan mencapai rekor baru tahun depan, bahkan bisa menembus angka US$4.000 per troy ounce. Hal ini diperkuat dengan keputusan pemerintah Amerika Serikat yang menetapkan emas sebagai aset Tier I, yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan emas, khususnya dari sektor perbankan.
Faktor Geopolitik dan Permintaan yang Meningkat
Situasi geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu telah membuat emas menjadi komoditas yang sangat diburu. Peningkatan permintaan yang signifikan, tanpa diimbangi oleh peningkatan pasokan yang memadai, menyebabkan stok emas di pasar menipis. Kondisi ini, sesuai dengan hukum ekonomi, mendorong harga emas untuk terus meningkat. "Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir, antara permintaan dan pasokan tidak seimbang sehingga harga pun menguat," ujar Edi Permadi.
Di Indonesia sendiri, kebijakan pemerintah dalam pembentukan Bullion Bank dan peningkatan produksi emas nasional dari smelter PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) memberikan dampak positif terhadap penguatan harga emas. Hal ini memberikan peluang bagi pelaku usaha dan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara.
Namun, Edi Permadi mengingatkan pentingnya memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam kegiatan pertambangan. Dengan harga emas yang tinggi, perusahaan tambang harus semakin meningkatkan komitmen terhadap praktik ESG, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Aspek ESG bukan hanya penting ketika harga emas tinggi, tetapi juga saat harga emas mengalami penurunan.
Pentingnya Eksplorasi untuk Keberlanjutan Pertambangan
Selain ESG, Edi Permadi juga menekankan pentingnya kegiatan eksplorasi dalam industri pertambangan. Eksplorasi merupakan kunci keberlanjutan usaha pertambangan, karena menentukan berapa lama kegiatan penambangan dapat berlangsung. Perusahaan tambang harus mengalokasikan dana yang cukup untuk kegiatan eksplorasi guna menambah sumber daya dan meningkatkan cadangan emas.
"Jangan sampai karena harga bagus, perusahaan hanya fokus pada produksi dan mengabaikan eksplorasi. Eksplorasi itu penting dalam menentukan umur tambang," tegas Edi Permadi. Fokus pada produksi saja tanpa diimbangi dengan eksplorasi dapat mengancam keberlanjutan usaha pertambangan dalam jangka panjang.
PT J Resources Asia Pasifik sendiri telah menunjukkan kinerja positif dengan memproduksi emas sebesar 94 koz pada tahun 2023 dan meningkat menjadi 101 koz pada tahun 2024. Perusahaan ini mengelola dua tambang yang sedang berproduksi, serta satu aset yang sedang dalam masa konstruksi.
Kesimpulannya, kenaikan harga emas yang signifikan hingga US$3.200 per troy ounce didorong oleh kombinasi faktor geopolitik dan peningkatan permintaan. Ke depan, prospek harga emas masih positif, namun perusahaan tambang perlu memperhatikan aspek ESG dan kegiatan eksplorasi untuk memastikan keberlanjutan usaha pertambangan.