Hari Buruh: Momentum Atasi Pengangguran dan Perjuangan Upah Layak di Indonesia
Anggota DPR Bambang Soesatyo mendorong Hari Buruh sebagai momentum untuk mengatasi pengangguran, khususnya di kalangan generasi muda, dan memperjuangkan upah layak bagi seluruh pekerja Indonesia.
Perayaan Hari Buruh di Indonesia tahun ini seharusnya menjadi lebih dari sekadar perayaan; ia harus menjadi momentum refleksi dan aksi nyata untuk mengatasi masalah pengangguran dan memastikan kesejahteraan pekerja. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, di Jakarta pada Kamis lalu. Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk menciptakan solusi berkelanjutan bagi peningkatan kualitas hidup pekerja dan pengurangan angka pengangguran.
Bamsoet mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2024 yang menunjukkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 5 persen dari total angkatan kerja. Angka ini lebih mengkhawatirkan lagi di kalangan generasi muda (15-24 tahun), yang jauh melampaui rata-rata nasional. Situasi ini diperparah oleh fenomena 'sarjana menganggur', di mana lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai kualifikasi, menandakan ketidaksesuaian antara output pendidikan dan kebutuhan industri.
Lebih lanjut, Bamsoet menyatakan keprihatinannya atas masih tingginya angka pengangguran yang menjadi tantangan serius bagi Indonesia dengan populasi dan angkatan kerja yang terus bertambah. Ia juga menyoroti pentingnya Hari Buruh sebagai momen bagi para pekerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk upah layak yang masih jauh dari standar kebutuhan hidup layak di beberapa provinsi.
Upah Minimum dan Kesulitan Pekerja Informal
Meskipun upah minimum telah diterapkan di banyak perusahaan, kesenjangan antara kebutuhan hidup layak dan penghasilan pekerja masih signifikan. Bamsoet merujuk pada survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang menunjukkan lebih dari 40 persen pekerja informal menerima upah di bawah standar kebutuhan hidup layak. Kondisi ini, menurutnya, memperburuk kondisi pasar kerja dan menciptakan siklus sulit diputus.
Upah yang rendah berdampak pada ketidakpuasan dan kondisi kerja yang memprihatinkan. Tingginya angka pengangguran juga menyebabkan banyak pekerja menerima upah di bawah standar demi memenuhi kebutuhan hidup. Situasi ini menciptakan lingkaran setan yang perlu segera diatasi.
Bamsoet menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja untuk mencari solusi yang komprehensif. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang berkualitas. Pengusaha juga perlu meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan memberikan upah dan kondisi kerja yang layak. Sementara itu, pekerja perlu aktif memperjuangkan hak-hak mereka dan meningkatkan keterampilan mereka agar lebih kompetitif di pasar kerja.
Solusi Jangka Panjang: Kolaborasi dan Pengembangan Keterampilan
Untuk mengatasi masalah ini secara berkelanjutan, dibutuhkan strategi jangka panjang yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Pemerintah perlu fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi agar lulusan lebih siap memasuki dunia kerja. Program-program pelatihan dan pengembangan keterampilan juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing pekerja Indonesia.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong investasi di sektor-sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga penting karena sektor ini memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan program-program yang efektif dan berkelanjutan.
Bamsoet juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang adil untuk melindungi hak-hak pekerja. Peraturan perburuhan perlu diimplementasikan secara konsisten untuk memastikan bahwa pekerja mendapatkan upah dan kondisi kerja yang layak. Pemantauan dan evaluasi secara berkala juga perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas kebijakan yang telah diterapkan.
Kesimpulannya, Hari Buruh harus menjadi momentum untuk mendorong perubahan nyata dalam mengatasi pengangguran dan memperjuangkan upah layak bagi pekerja Indonesia. Hal ini membutuhkan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja secara keseluruhan.