Hilal Tak Terlihat di Bengkulu, Kemenag: Tertutup Awan Tebal
Kemenag Bengkulu laporkan hilal awal Syawal 1446 H tidak terlihat karena tertutup awan tebal, penetapan 1 Syawal menunggu sidang isbat.
Bengkulu, 28 Februari 2024 - Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bengkulu melaporkan bahwa hilal atau rukyatul hilal awal Syawal 1446 Hijriah tidak terlihat di Bengkulu. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca berawan tebal yang menghalangi pengamatan hilal.
Pengamatan hilal dilakukan di Taman Pasir Putih Kota Bengkulu pada Jumat, 28 Februari 2024, pukul 18.30 WIB hingga 18.49 WIB. Proses pemantauan berlangsung selama 19 menit menggunakan teleskop hilal. Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu, Muhammad Abdu, menyatakan, "Berdasarkan hasil rukyatul hilal awal Syawal di Provinsi Bengkulu tidak terlihat karena tertutup awan dan hasil ini akan kita laporkan ke pusat."
Meskipun data hisab menunjukkan hilal seharusnya terlihat dengan ketinggian 4 derajat dan elongasi 5 derajat, kondisi cuaca yang berawan membuat hilal tidak teramati. Hasil pengamatan ini akan disampaikan ke Kemenag RI untuk selanjutnya dibahas dalam sidang isbat guna menentukan awal Syawal 1446 H.
Penetapan Awal Syawal dan Imbauan Kerukunan
Terkait potensi perbedaan penetapan 1 Syawal 1446 H, Muhammad Abdu mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan saling menghormati perbedaan metode penetapan. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga kesederhanaan dan kerukunan dalam merayakan Idul Fitri. "Dalam melaksanakan ibadah Idul Fitri, umat Islam diminta untuk tidak berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah, tetap menjaga dan saling menghormati serta menjaga kerukunan antaragama," imbau Abdu.
Senada dengan hal tersebut, Asisten 1 Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Bengkulu, Khairil Anwar, berharap agar seluruh umat Muslim dapat saling menghormati dan menghargai perbedaan metode penetapan 1 Syawal, karena kedua metode yang digunakan telah sesuai syariah. Hal ini penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat.
Proses pengamatan hilal melibatkan berbagai pihak dan menggunakan metode yang telah teruji. Meskipun hilal tidak terlihat di Bengkulu, proses penetapan 1 Syawal akan tetap dilakukan melalui sidang isbat yang melibatkan berbagai ahli dan pertimbangan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Proses Pengamatan dan Data Hisab
Penggunaan teleskop hilal dalam pengamatan menunjukkan komitmen Kemenag dalam memastikan akurasi data. Data hisab yang menunjukkan potensi terlihatnya hilal juga menjadi pertimbangan penting dalam proses penetapan awal Syawal. Namun, kondisi cuaca yang tidak mendukung menjadi faktor penentu dalam hasil pengamatan di Bengkulu.
Ketidak terlihatnya hilal di Bengkulu tidak serta merta berarti hilal tidak terlihat di daerah lain. Oleh karena itu, sidang isbat akan mempertimbangkan data dari berbagai wilayah di Indonesia untuk menentukan keputusan final mengenai awal Syawal 1446 H.
Proses ini menekankan pentingnya kerjasama dan koordinasi antar berbagai pihak dalam menentukan penanggalan Hijriah. Transparansi informasi juga menjadi kunci penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap proses penetapan awal Syawal.
Menjaga Kerukunan dan Kesatuan Umat
Imbauan untuk menjaga kerukunan dan kesatuan umat menjadi pesan penting di tengah potensi perbedaan penetapan 1 Syawal. Saling menghormati perbedaan metode dan tetap menjaga kesederhanaan dalam perayaan Idul Fitri akan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
Dengan demikian, perbedaan metode penetapan 1 Syawal tidak perlu menjadi pemicu perpecahan, melainkan menjadi kesempatan untuk memperkuat toleransi dan persatuan di tengah keberagaman umat Islam di Indonesia.
Semoga penetapan 1 Syawal 1446 H dapat berjalan lancar dan membawa kebaikan bagi seluruh umat Islam di Indonesia.