Hilirisasi Siput Lola: Dorong Ekonomi Maluku?
Guru Besar Unpatti, Prof. Semuel Tuhumury, mendorong hilirisasi siput lola di Maluku untuk meningkatkan nilai ekonomi dan mengatasi penurunan populasi akibat perburuan.
Ambon, 1 Januari 2024 - Sebuah potensi ekonomi besar tersembunyi di balik siput lola Maluku. Prof. Semuel Tuhumury, Guru Besar Kelautan dan Perikanan Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, mengungkapkan bahwa hilirisasi siput lola dapat menjadi kunci peningkatan perekonomian daerah. Namun, populasi siput lola yang terus menurun menimbulkan kekhawatiran.
Mengapa hilirisasi siput lola penting? Jawabannya terletak pada nilai ekonomis siput ini. Dagingnya dapat dikonsumsi sebagai sumber protein, sementara cangkangnya yang berkilau bernilai tinggi untuk industri fashion dan perhiasan internasional. Prof. Tuhumury menjelaskan, "Daging lola dapat dikonsumsi sebagai sumber protein dan cangkangnya berguna sebagai bahan pembuat kancing baju dan perhiasan."
Bahkan, cangkang lola digunakan sebagai media perangsang dalam budidaya mutiara. Kancing baju dari cangkang lola dikenal berkualitas tinggi, mendorong permintaan ekspor yang signifikan ke Eropa, Taiwan, dan beberapa negara Asia Timur. "Cangkang lola merupakan sumber daya berharga bagi banyak komunitas kepulauan pesisir karena memiliki lapisan mutiara yang dimanfaatkan secara komersial dalam bahan baku industri fashion dan perhiasan di banyak negara maju," tambah Prof. Tuhumury.
Sayangnya, populasi siput lola Maluku mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh perburuan yang telah berlangsung lama, didorong oleh nilai jualnya yang tinggi. Prof. Tuhumury menuturkan, "Tingginya permintaan pasar dengan nilai jual yang tinggi memacu tingkat perburuan semakin meningkat juga, hal ini menyebabkan populasi lola mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir."
Padahal, Maluku pernah menjadi penghasil siput lola terbesar di Indonesia. Pada 1989, produksi mencapai 250 ton senilai Rp6,8 miliar. Namun, kini ekspornya semakin jarang. Hilirisasi industri siput lola diharapkan dapat menghidupkan kembali komoditas ini dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku.
Bagaimana hilirisasi dapat dilakukan? Prof. Tuhumury menyarankan pengembangan industri pengolahan siput lola secara berkelanjutan. Ini termasuk budidaya siput lola untuk menjaga populasi dan pengolahan cangkang lola menjadi produk bernilai tambah, seperti perhiasan dan aksesoris. Pulau Rhun, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, diidentifikasi sebagai daerah dengan potensi besar untuk pengembangan ini.
Kesimpulannya, hilirisasi siput lola bukan hanya sekadar upaya pelestarian lingkungan, tetapi juga strategi cerdas untuk meningkatkan perekonomian Maluku. Dengan pengelolaan yang tepat, siput lola dapat menjadi komoditas unggulan yang memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat setempat.