Hujan Es Guyur Yogyakarta: Fenomena Alam Langka di Masa Peralihan Musim
Hujan es mengguyur beberapa wilayah di Yogyakarta pada Selasa sore, dipicu oleh awan Cumulonimbus dan angin kencang, menandai cuaca ekstrem di masa peralihan musim.
Yogyakarta diguncang fenomena alam yang cukup langka pada Selasa sore, 11 Maret 2024. Hujan es mengguyur beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang. Kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul. Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, membenarkan peristiwa ini dan menjelaskan penyebabnya.
Menurut Warjono, hujan es ini dipicu oleh awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi hingga 15 kilometer. Puncak awan tersebut memiliki suhu mencapai minus 7,2 derajat Celcius. Butiran es yang terbentuk di ketinggian tersebut jatuh ke permukaan bumi karena adanya 'downdraft' atau aliran udara turun yang kuat, sehingga butiran es tersebut tidak sempat mencair sebelum mencapai tanah. Angin barat yang bertiup ke timur juga berperan dalam membawa awan hujan es ini ke berbagai wilayah di Yogyakarta.
Selain hujan es, fenomena ini juga disertai dengan angin kencang dan petir di beberapa lokasi. Warjono menambahkan bahwa cuaca ekstrem seperti ini sering terjadi pada masa peralihan musim, khususnya dari musim hujan ke musim kemarau. Ia memprediksi potensi hujan ekstrem masih ada hingga bulan April mendatang. "Masa peralihan ini kan dari bulan Maret sampai di bulan April, jadi potensi sampai bulan April pun masih ada potensi untuk terjadinya hujan ekstrem," ujarnya.
Hujan Es di Kampus UGM
Salah satu lokasi yang terdampak hujan es adalah halaman Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sleman. Koordinator Bidang Protokol UGM, Haryanto, membenarkan kejadian ini yang berlangsung sekitar pukul 15.15 WIB. "Benar-benar memang di lingkungan kantor pusat UGM ini terjadi hujan es," ujarnya. Beberapa pegawai UGM yang awalnya berada di dalam ruangan, mendengar suara hujan deras dan keluar untuk melihat keadaan. Mereka terkejut melihat butiran es yang turun bersamaan dengan hujan.
Tidak hanya pegawai UGM, mahasiswa pun turut menyaksikan fenomena alam yang jarang terjadi ini. Nalya Naomi Tarigan, mahasiswa Fakultas Hukum UGM, awalnya berniat merekam suasana hujan deras di kampus. Namun, ia menyadari adanya butiran es dalam rekaman videonya. "Aku awalnya cuma ingin merekam hujan di kampus karena terlihat cukup deras. Tapi pas aku lihat videonya, ada sesuatu yang seperti mantul-mantul di tanah. Setelah diperhatikan lebih jelas, ternyata itu adalah bongkahan es," ucap Nalya.
Nalya menggambarkan ukuran es yang turun bervariasi. Ada yang berukuran cukup besar, sekitar seukuran koin, dan ada juga yang berukuran kecil seperti peluru karet. "Es batunya lumayan gede, kira-kira seukuran koin, tapi ada juga yang kecil-kecil seperti peluru karet. Ini pertama kalinya aku melihat hujan es di UGM," tambahnya. Pengalaman Nalya dan pegawai UGM tersebut menggambarkan betapa mengejutkan dan uniknya fenomena hujan es yang terjadi di Yogyakarta.
Penjelasan Ilmiah Hujan Es:
• Awan Cumulonimbus dengan ketinggian hingga 15 kilometer.
• Suhu puncak awan mencapai minus 7,2 derajat Celcius.
• Butiran es jatuh karena 'downdraft' atau aliran udara turun yang kuat.
• Angin barat yang bertiup ke timur turut berperan.
Kejadian hujan es di Yogyakarta ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem, terutama di masa peralihan musim. Peristiwa ini juga menunjukkan betapa dinamisnya kondisi atmosfer dan pentingnya pemantauan cuaca secara berkala.