IHSG Anjlok 3,84 Persen, Pasar Tunggu Keputusan BI dan The Fed
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam 3,84 persen, disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar terhadap keputusan RDG BI dan FOMC The Fed.
Jakarta, 18 Maret 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah signifikan pada Selasa sore, 18 Maret 2024. Penurunan sebesar 248,56 poin atau 3,84 persen ini menempatkan IHSG pada posisi 6.223,39. Penurunan ini terjadi di tengah sikap wait and see pelaku pasar yang menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dan Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve (The Fed).
Penurunan IHSG juga diikuti oleh pelemahan indeks LQ45 yang turun 20,34 poin atau 2,79 persen ke posisi 709,01. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus atau Nico, menjelaskan bahwa IHSG "tidak berdaya dan terkena trading halt", kemungkinan dipengaruhi oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
Situasi ini semakin diperumit oleh hasil survei LPEM UI yang menunjukkan 55 persen ekonom menilai kondisi ekonomi Indonesia memburuk dibandingkan tiga bulan lalu. Ketidakpastian ini, dikombinasikan dengan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat defisit APBN yang melebar dan keraguan terhadap sovereign wealth fund (SWF), serta penurunan saham-saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs, telah menciptakan sentimen negatif di pasar.
RDG BI dan FOMC The Fed: Dua Faktor Penentu
Pelaku pasar saat ini tengah menunggu dengan harap-harap cemas hasil pertemuan RDG BI pada Rabu, 19 Maret 2024, dan pertemuan FOMC The Fed pada Kamis dini hari WIB, 20 Maret 2024. Keputusan dari kedua lembaga ini diyakini akan memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan IHSG ke depannya. Para investor cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi besar-besaran hingga kepastian arah kebijakan moneter kedua lembaga tersebut terungkap.
Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar keuangan global. Investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi di tengah berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja pasar saham. Situasi ini menuntut strategi investasi yang lebih cermat dan terukur.
Selain itu, pengumuman Presiden AS Donald Trump pada Senin, 17 Maret 2024, mengenai kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Washington juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Kunjungan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan perdagangan antara AS dan China, namun dampaknya terhadap pasar saham masih belum dapat dipastikan.
Sektor Teknologi Terpukul Terdalam
IHSG yang dibuka melemah, terus berada di zona merah hingga penutupan sesi perdagangan. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, seluruh sektor mengalami pelemahan, dengan sektor teknologi mencatat penurunan terdalam sebesar 10,13 persen. Sektor barang baku dan energi menyusul dengan penurunan masing-masing sebesar 6,27 persen dan 3,42 persen.
Di tengah pelemahan tersebut, beberapa saham justru mengalami penguatan. Saham XISB, FMII, FWCT, ANJT, dan MINE mencatat kenaikan. Sebaliknya, saham DCII, FORU, LIVE, TPIA, dan UANG mengalami pelemahan terbesar. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.536.000 kali transaksi dengan nilai Rp18,97 triliun.
Meskipun IHSG melemah, bursa saham regional Asia lainnya justru menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei menguat 1,20 persen, Shanghai naik 0,11 persen, Kuala Lumpur meningkat 1,04 persen, dan Straits Times naik 0,82 persen. Perbedaan kinerja ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar saham di berbagai negara.
Secara keseluruhan, penurunan IHSG pada Selasa, 18 Maret 2024, mencerminkan sikap wait and see pelaku pasar yang menantikan keputusan penting dari RDG BI dan FOMC The Fed. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik turut memperburuk sentimen pasar.