IHSG Diperkirakan Menguat, Pasar Menanti BI Rate dan Sentimen Global
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat di tengah antisipasi rilis BI Rate dan sentimen positif dari potensi berakhirnya konflik Rusia-Ukraina serta penguatan bursa saham AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan menguat pada Rabu, 19 Februari 2025, di tengah antusiasme pasar yang menantikan rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), BI-Rate. Pembukaan IHSG sendiri menunjukkan pelemahan tipis sebesar 8,21 poin atau 0,12 persen ke posisi 6.865,34, sementara indeks LQ45 turun 3,60 poin atau 0,45 persen ke posisi 800,46. Pergerakan ini terjadi di tengah sejumlah faktor domestik dan global yang memengaruhi sentimen investor.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi IHSG akan bergerak menguat dalam rentang 6.830 sampai 6.950. Prediksi ini didasari oleh beberapa faktor, termasuk antisipasi rilis BI-Rate dan sentimen global yang cenderung positif. Pasar menantikan keputusan BI terkait suku bunga acuan yang akan diumumkan pada pukul 14.00 WIB.
Selain BI Rate, perhatian juga tertuju pada peresmian Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara pada 24 Februari mendatang. Pemangkasan anggaran APBN dan aset kelolaan Danantara yang mencapai lebih dari 900 miliar dolar AS diperkirakan akan memberikan tambahan likuiditas di pasar ekuitas, sehingga berpotensi mendorong penguatan IHSG.
Antisipasi Rilis BI Rate dan Sentimen Global
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Februari 2025 menjadi fokus utama pelaku pasar. Keputusan BI terkait BI-Rate akan memberikan sinyal yang kuat bagi arah pergerakan IHSG. Para investor mencermati setiap indikator ekonomi untuk memprediksi kebijakan moneter yang akan diambil BI.
Sentimen positif juga datang dari mancanegara. Potensi berakhirnya konflik antara Rusia dan Ukraina, yang dimediasi oleh AS, disambut baik oleh pasar. Berkurangnya konflik ini berdampak pada penurunan harga energi dan inflasi global, yang pada akhirnya dapat berdampak positif pada pasar saham.
Namun, investor juga tetap memperhatikan risalah FOMC The Fed periode Januari 2025. Sinyal yang diberikan pejabat The Fed, yaitu "higher for longer", menunjukkan bahwa The Fed masih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait suku bunga, dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi terkini. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam membaca pergerakan IHSG.
Pergerakan Bursa Saham Global
Bursa saham AS Wall Street ditutup menguat pada Selasa (18/2). Indeks Dow Jones Industrial Average naik 10,26 poin (0,02 persen) menjadi 44.556,34, indeks S&P 500 menguat 14,95 poin (0,24 persen) menjadi 6.129,58, dan indeks Nasdaq Composite Index bertambah 14,49 poin (0,07 persen) menjadi 20.041,26. Penguatan ini memberikan sentimen positif bagi pasar Asia, termasuk Indonesia.
Sementara itu, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei melemah 89,57 poin (0,23 persen) ke 39.180,83, indeks Shanghai menguat 10,81 poin (0,33 persen) ke 3.335,30, indeks Kuala Lumpur melemah 1,88 poin (0,12 persen) ke 1.582,96, dan indeks Strait Times menguat 9,92 poin (0,25 persen) ke 3.935,48.
Pergerakan tersebut menunjukkan adanya dinamika yang kompleks di pasar global. Investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor, baik domestik maupun global, untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Secara keseluruhan, IHSG diperkirakan akan bergerak menguat, didorong oleh antisipasi rilis BI Rate, sentimen positif dari potensi berakhirnya konflik Rusia-Ukraina, dan penguatan bursa saham AS. Namun, investor tetap perlu memperhatikan perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter dari berbagai negara untuk mengantisipasi potensi risiko.