IHSG Diprediksi Variatif: Pasar Menanti Kebijakan The Fed dan Gejolak Global
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak variatif di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed, konflik India-Pakistan, dan pelemahan pasar properti di Indonesia.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan bergerak variatif pada Rabu, 7 Mei 2025. Hal ini disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) dan berbagai faktor global lainnya. Pergerakan IHSG menjadi perhatian utama investor dan analis pasar saham di Indonesia. Keputusan The Fed dan perkembangan geopolitik global akan sangat mempengaruhi pergerakan IHSG.
IHSG dibuka menguat, namun prediksi menunjukkan pergerakan yang variatif di kisaran 6.800 hingga 6.920. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi pergerakan mixed ini sebagai respon terhadap berbagai faktor internal dan eksternal yang saling mempengaruhi. Ketidakpastian ini membuat investor cenderung menunggu sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.
Situasi ini mencerminkan kompleksitas pasar saham global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan moneter negara-negara besar hingga konflik geopolitik dan kondisi ekonomi domestik. Pergerakan IHSG menjadi cerminan dari dinamika pasar global dan sentimen investor terhadap berbagai faktor tersebut.
Perkembangan Pasar Global dan Dampaknya terhadap IHSG
Pasar global masih fokus menantikan hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) The Fed. Pertemuan ini akan menentukan arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat yang berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk IHSG. Ketidakpastian mengenai kebijakan The Fed membuat investor bersikap hati-hati.
Selain The Fed, negosiasi tarif antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan China juga menjadi sorotan. Hasil negosiasi ini berpotensi mempengaruhi sentimen pasar dan berdampak pada pergerakan IHSG. Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan juga menambah ketidakpastian di pasar global.
Penjualan mobil di Inggris yang terkoreksi turut memberi gambaran tentang pelemahan permintaan global. Kenaikan pajak kendaraan listrik juga mempengaruhi permintaan di sektor otomotif. Kondisi ini menunjukkan perlambatan ekonomi di beberapa negara yang dapat mempengaruhi kinerja pasar saham global, termasuk Indonesia.
Kondisi Ekonomi Domestik dan Perkembangan Pasar Saham Regional
Di dalam negeri, kondisi daya beli nasional masih menjadi perhatian. Lemahnya permintaan sektor properti tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bank Indonesia yang hanya tumbuh 1,07 persen (yoy) pada kuartal I-2025. Hal ini menunjukkan tantangan di sektor properti Indonesia.
Bank Indonesia akan merilis posisi cadangan devisa per akhir April 2025. Cadangan devisa yang diperkirakan tidak banyak berubah dan masih setara enam bulan impor diharapkan dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah dan mengurangi tekanan terhadap pasar saham.
Penurunan bursa saham AS, Wall Street, juga memberikan sinyal negatif bagi pasar saham global. Komentar Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Scott Bessent yang tidak memberikan kejelasan mengenai jadwal kesepakatan perdagangan semakin memperkuat sentimen negatif tersebut.
Sementara itu, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei melemah, sedangkan indeks Shanghai dan Kuala Lumpur menguat. Pergerakan yang beragam ini menunjukkan bahwa pasar saham regional juga masih dibayangi oleh ketidakpastian global.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG pada Rabu, 7 Mei 2025, diperkirakan akan dipengaruhi oleh beragam faktor global dan domestik. Sikap wait and see pelaku pasar menunjukkan tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap berbagai potensi risiko yang ada.