Indonesia Ekspansi Pasar Ekspor ke BRICS dan CPTPP, Antisipasi Tarif AS
Pemerintah Indonesia memperluas pasar ekspor ke negara-negara BRICS dan CPTPP untuk mengurangi dampak tarif timbal balik AS dan meningkatkan daya saing ekspor nasional.
Jakarta, 25 April 2024 - Pemerintah Indonesia tengah memperluas fokus pasar ekspornya ke negara-negara anggota BRICS dan negara-negara dalam perjanjian Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Langkah ini diambil sebagai strategi untuk mengurangi dampak tarif timbal balik yang diterapkan Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers daring terkait perkembangan negosiasi perdagangan Indonesia-AS pada Jumat lalu. "Indonesia baru saja bergabung dengan BRICS dan telah mengajukan diri untuk bergabung dengan CPTPP. Hal ini diharapkan dapat membuka pasar baru, baik di Inggris, Meksiko, dan negara-negara Amerika Latin lainnya," jelas Airlangga.
Langkah ekspansi pasar ini sejalan dengan upaya penyelesaian beberapa perjanjian perdagangan strategis, seperti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA). Airlangga menambahkan, "Kami telah berkomunikasi dengan komisioner IEU-CEPA, dan mereka sekarang sangat terbuka dan ingin IEU-CEPA (negosiasi) segera selesai. Ini merupakan perubahan yang cukup mendasar."
Ekspansi Pasar sebagai Strategi Jangka Panjang
Airlangga menekankan bahwa perluasan pasar ekspor ke negara-negara BRICS, CPTPP, dan Uni Eropa merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk mengurangi tekanan tarif AS dan meningkatkan daya saing ekspor nasional di pasar global. Meskipun demikian, Indonesia tetap mendorong negosiasi perdagangan bilateral dengan AS.
Dalam negosiasi tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan proposal kerja sama yang mencakup lima kepentingan nasional. Kelima kepentingan tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan energi, pengamanan akses pasar ekspor yang kompetitif, deregulasi bisnis domestik, penguatan rantai pasokan untuk industri strategis dan mineral kritis, serta peningkatan kerja sama dalam sains dan teknologi di sektor kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.
Airlangga menyatakan bahwa pendekatan Indonesia mendapat respons positif dari pejabat tinggi AS, termasuk dari Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), Departemen Keuangan AS, dan Departemen Perdagangan AS. "Dialog dan diskusi teknis terperinci akan dilakukan dalam dua minggu ke depan," katanya.
Indonesia Proaktif dalam Negosiasi dengan AS
Indonesia, menurut Airlangga, termasuk negara pertama yang aktif terlibat dalam proses negosiasi dengan AS setelah kebijakan tarif timbal balik Presiden Donald Trump. Langkah ini, menurutnya, dapat memberikan manfaat bagi Indonesia.
Saat ini, Indonesia sedang mempersiapkan lima sektor spesifik untuk didiskusikan lebih lanjut dengan AS. Sebuah kelompok kerja juga telah dibentuk untuk mempercepat proses diskusi. Dalam forum multilateral, Indonesia terus mendorong perdagangan yang adil dan setara serta menolak pandangan bahwa kerja sama ekonomi harus menjadi permainan jumlah nol (zero-sum game).
Indonesia secara aktif mencari peluang ekspor baru di tengah tantangan global. Dengan bergabung di BRICS dan CPTPP, serta memperkuat negosiasi dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, Indonesia berupaya untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Kelima sektor spesifik yang dipersiapkan untuk didiskusikan lebih lanjut dengan AS diharapkan dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.