Investasi di Kawasan Pariwisata Terpadu Parapuar Labuan Bajo Berlanjut
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) memastikan investasi di kawasan Parapuar terus berjalan, dengan beberapa investor berkomitmen membangun fasilitas seperti Eiger Store dan hotel Dusit International.
Kawasan wisata terpadu Parapuar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan perkembangan positif dalam hal investasi. Hal ini disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh, pada Selasa, 29 April 2024. Ia menegaskan bahwa beberapa investor telah menunjukkan komitmen nyata untuk berinvestasi di kawasan tersebut, meskipun prosesnya membutuhkan waktu dan kesabaran.
Beberapa investor besar telah menanamkan modalnya di Parapuar. Eiger Indonesia, misalnya, telah berkomitmen untuk membangun Eiger Store dan Coffee Shop yang ditargetkan beroperasi pada Oktober 2025. Sementara itu, Dusit International telah menginvestasikan 15 juta dolar AS di lot 1.6 untuk pembangunan hotel mewah. Investasi Eiger sendiri mencapai 1,2 juta dolar AS.
BPOLBF terus berupaya menarik investor baru. Frans Teguh menyebutkan bahwa saat ini terdapat lima hingga enam investor lain yang tengah mempertimbangkan untuk berinvestasi di Parapuar. Keberhasilan ini tak lepas dari kesiapan lahan seluas 129,6 hektare yang telah disiapkan dengan master plan yang terencana dengan baik, mencakup 19 lot yang siap ditawarkan.
Pengembangan Infrastruktur dan Seleksi Investor
BPOLBF juga fokus pada pengembangan infrastruktur pendukung di kawasan Parapuar. Saat ini, pembangunan akses jalan sepanjang 200 meter, jaringan air, dan listrik sedang dikebut. Meskipun prosesnya memakan waktu karena kendala cuaca dan teknis, penyelesaian infrastruktur ini menjadi prasyarat bagi investor untuk memulai pembangunan.
Dalam memilih investor, BPOLBF menerapkan prinsip selektivitas yang tinggi. Investasi yang masuk harus selaras dengan konsep pariwisata berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Hal ini merupakan komitmen BPOLBF dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut.
Frans Teguh menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dari total lahan seluas 129,6 hektare, hanya 20 persen yang akan dikembangkan. Pengembangan lahan akan dibagi menjadi empat zona: cultural, leisure, wildlife, dan adventure. Sisa 80 persen lahan akan dipertahankan sebagai hutan untuk menjaga ekosistem.
Konsep Pariwisata Berkelanjutan di Parapuar
Konsep pembangunan di Parapuar menekankan pada pelestarian lingkungan. Hutan Bowosie, yang merupakan hutan produksi, akan tetap dijaga kelestariannya. Pembangunan dilakukan dengan prinsip membangun "di dalam hutan", bukan "mengubah hutan". Hal ini menjadi ciri khas Parapuar dan membedakannya dari kawasan wisata lain di Labuan Bajo.
“Tetap dalam komitmen awal kami 80 persen hutan, jadi membangun di dalam hutan, ini penting sekali sebagai bagian dalam konfirmasi kami kalau Parapuar tetap hijau itu juga adalah tugas kami, sehingga isu konservasi tetap menjadi konsen kami,” ujar Frans Teguh.
Konsep ini diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang semakin peduli terhadap lingkungan. Dengan demikian, Parapuar tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik, tetapi juga destinasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
BPOLBF optimistis bahwa pengembangan kawasan Parapuar akan berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi Labuan Bajo, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Komitmen para investor dan fokus pada pembangunan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan pengembangan kawasan ini.