Jelang Lebaran Ketupat, Penjualan Bambu di Gorontalo Melonjak Tajam!
Penjualan bambu untuk membuat nasi bulu meningkat drastis di Gorontalo menjelang perayaan Lebaran Ketupat, dengan pedagang musiman meraup keuntungan berlipat.
Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, diramaikan oleh peningkatan penjualan bambu menjelang perayaan Lebaran Ketupat. Bambu, yang menjadi bahan utama pembuatan nasi bulu atau lemang, menjadi komoditas yang sangat dicari. Peningkatan permintaan ini terjadi di sejumlah pedagang musiman yang tersebar di wilayah tersebut, khususnya pada Sabtu, 5 April 2025.
Salah satu pedagang bambu, Sudirman Laiya, mengungkapkan bahwa harga satu batang bambu yang siap dipotong mencapai Rp10.000. Uniknya, satu batang bambu tersebut dapat dipotong menjadi lima bagian yang siap digunakan untuk membuat nasi bulu. "Satu ujung (batang) itu bisa dapat lima potong, pada tahun ini saya membawa sekitar 10.000 ujung bambu untuk dijual," ujar Sudirman.
Sudirman, yang telah berjualan bambu selama hampir 10 tahun, menjelaskan bahwa bambu-bambu tersebut diambil langsung dari hutan sekitar. Ia juga menambahkan bahwa nasi bulu merupakan hidangan khas Lebaran Ketupat di Gorontalo, selalu disajikan bersama ketupat dan dodol. "Sudah hampir 10 tahun jual bambu ini, setiap Lebaran Ketupat selalu ada menu nasi bulu," katanya.
Tradisi Nasi Bulu dan Lebaran Ketupat di Gorontalo
Sudirman memperkirakan puncak penjualan bambu akan terjadi pada hari Minggu, 6 April 2025, sehari sebelum Lebaran Ketupat pada Senin, 7 April 2025. Ia menyebutkan bahwa stok bambunya akan dijual hingga habis pada malam Minggu. "Penjualan dibuka sampai habis, sampai besok malam," ucap Sudirman. Produksi bambu tahun ini, menurutnya, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, namun permintaan tetap tinggi.
Hal senada disampaikan oleh Rahmat, salah satu pembeli bambu. Ia membeli bambu untuk persiapan merayakan Lebaran Ketupat bersama keluarga. Menurutnya, Lebaran Ketupat di Gorontalo identik dengan sajian nasi bulu, ketupat, dan dodol. Tradisi ini bahkan menarik minat banyak pengunjung dari luar daerah.
"Banyak keluarga juga yang dari luar daerah datang untuk menikmati nasi bulu yang ada di Gorontalo," pungkas Rahmat. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Lebaran Ketupat di Gorontalo tidak hanya dirayakan oleh masyarakat setempat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Dampak Ekonomi dan Tradisi Lokal
Peningkatan penjualan bambu ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Para pedagang musiman dapat memperoleh penghasilan tambahan menjelang Lebaran Ketupat. Selain itu, tradisi membuat dan menikmati nasi bulu semakin memperkuat identitas budaya Gorontalo.
Lebih lanjut, tradisi ini juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara masyarakat Gorontalo dengan alam sekitar. Penggunaan bambu yang diambil langsung dari hutan menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Dengan tingginya permintaan bambu untuk membuat nasi bulu, tradisi Lebaran Ketupat di Gorontalo tetap lestari dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.
Permintaan yang tinggi ini juga menjadi bukti betapa pentingnya melestarikan tradisi lokal dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Semoga tradisi ini tetap terjaga dan terus dirayakan oleh generasi mendatang.