Kalimantan Barat: Provinsi Kedua Terbanyak Titik Api di Indonesia
Menteri LHK menyatakan Kalimantan Barat sebagai provinsi dengan jumlah titik api terbanyak kedua di Indonesia setelah Riau, dengan lebih dari 400 hektare lahan terbakar, sebagian besar di luar kawasan hutan.
Pontianak, 17 Mei 2025 - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq, mengumumkan bahwa Kalimantan Barat menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan jumlah titik api terbanyak di Indonesia pada 16 Mei 2025. Data mencatat sebanyak 57 titik api terdeteksi di Kalimantan Barat, disusul oleh Provinsi Riau. Meskipun jumlah titik api di Kalbar lebih sedikit dibandingkan Riau, luas lahan yang terbakar di Kalbar mencapai lebih dari 400 hektare, menempatkannya di posisi kedua setelah Riau yang mengalami kebakaran lahan lebih dari 600 hektare.
Pernyataan mengejutkan ini disampaikan langsung oleh Menteri Hanif di Pontianak, Sabtu lalu. Beliau menekankan urgensi penanganan masalah ini, mengingat sekitar 100 hektare dari lahan yang terbakar di Kalimantan Barat merupakan lahan gambut, sementara sisanya lahan mineral. "Ini harus kita tangani dengan serius," tegas Menteri Hanif.
Lebih lanjut, Menteri Hanif menjelaskan bahwa sebagian besar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat, sekitar 70 hingga 80 persen, terjadi di luar kawasan hutan. Hal ini menunjukkan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dan pihak swasta, terutama perusahaan perkebunan kelapa sawit, dalam upaya pencegahan karhutla.
Peran Pemerintah Daerah dan Perusahaan Sawit dalam Pencegahan Karhutla
Menteri Hanif Faisol Nurofiq secara khusus meminta dukungan dan koordinasi dari Gubernur Kalimantan Barat. Kerjasama yang erat antara pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk perusahaan perkebunan, sangat krusial untuk menanggulangi karhutla. "Kami sangat mengharapkan dukungan dan koordinasi dari Gubernur Kalimantan Barat agar seluruh jajaran, termasuk perusahaan perkebunan, dapat bersinergi dalam menanggulangi karhutla," ujarnya.
Kalimantan Barat memiliki tantangan unik dalam pengelolaan lahan. Provinsi ini memiliki luas wilayah 14 juta hektare, namun hanya dikelola oleh satu gubernur. Kondisi ini berbeda dengan Pulau Jawa yang memiliki enam gubernur untuk wilayah seluas 13 juta hektare. Kompleksitas pengelolaan lahan ini, ditambah dengan luasnya kawasan gambut mencapai 2,4 juta hektare, menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam strategi pencegahan karhutla.
Menteri Hanif juga menyoroti pentingnya manajemen lahan yang efektif. Beliau menekankan bahwa pencegahan jauh lebih efektif daripada penanggulangan, terutama untuk kebakaran lahan gambut yang sangat sulit dipadamkan, khususnya saat musim kemarau. "Water bombing pun akan percuma kalau yang terbakar itu lahan gambut," kata Hanif.
Kompleksitas Masalah Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Barat
Luas lahan gambut di Kalimantan Barat yang mencapai 2,4 juta hektare menjadi perhatian utama. Karakteristik lahan gambut yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan membutuhkan strategi pencegahan yang komprehensif dan terintegrasi. Perlu kerjasama yang solid antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini.
Selain luasnya lahan gambut, kompleksitas pengelolaan lahan di Kalimantan Barat juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan luas wilayah 14 juta hektare yang dikelola oleh satu gubernur, dibutuhkan koordinasi dan kerjasama yang efektif untuk memastikan pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan mencegah terjadinya karhutla.
Peran perusahaan perkebunan kelapa sawit juga sangat penting dalam pencegahan karhutla. Kebanyakan kebakaran terjadi di luar kawasan hutan, sehingga perusahaan-perusahaan ini perlu meningkatkan komitmen dan tanggung jawab mereka dalam menjaga lingkungan dan mencegah kebakaran di sekitar area operasional mereka.
Kesimpulan
Permasalahan karhutla di Kalimantan Barat memerlukan penanganan serius dan terintegrasi. Pencegahan yang efektif, kerjasama antar pemerintah dan pihak swasta, serta manajemen lahan yang baik menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini. Upaya pemadaman kebakaran lahan gambut juga perlu strategi khusus mengingat sulitnya memadamkan api di lahan jenis ini.