Kalsel Pertahankan Inflasi Rendah, Masuk Delapan Besar Nasional!
Kalimantan Selatan berhasil mempertahankan inflasi rendah dan masuk dalam delapan provinsi dengan tingkat inflasi terendah di Indonesia pada tahun 2025, meskipun harga cabai rawit masih menjadi perhatian.
Banjarmasin, 21 April 2025 (ANTARA) - Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) patut berbangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kalsel berhasil mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dan masuk dalam delapan besar provinsi di Indonesia dengan inflasi terendah pada tahun 2025. Prestasi ini diumumkan setelah rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah tahun 2025 yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Kalsel, Sutikno, menyampaikan kabar baik ini dari Command Center Kantor Gubernur di Banjarbaru. Beliau menjelaskan bahwa inflasi Kalsel masih dalam kondisi aman, dengan angka year-on-year sebesar 1.2 persen, month-to-month 1.9 persen, dan year-up-to-date 0.43 persen. Angka-angka ini jauh di bawah rata-rata nasional.
Sebagai perbandingan, BPS mencatat inflasi nasional year-on-year Maret 2025 terhadap Maret 2024 sebesar 1.03 persen, dan month-to-month sebesar 1.65 persen. Keberhasilan Kalsel dalam mengendalikan inflasi ini menunjukkan kinerja ekonomi yang stabil dan terukur.
Strategi Kalsel Kendalikan Inflasi
Meskipun inflasi Kalsel tergolong rendah, kewaspadaan tetap dijaga. Sutikno menyebutkan bahwa harga cabai rawit masih menjadi tantangan, karena harganya cukup tinggi secara nasional. "Harga cabai rawit di provinsi kita masih meroket," ujarnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Gubernur Kalsel, H Muhidin, telah menginstruksikan agar setiap wilayah di Kalsel memiliki lahan penanaman cabai. "Sudah disampaikan juga sebelumnya bahwa nanti Pak Gubernur melalui Biro Ekonomi akan menginstruksikan kepada Bupati dan Wali Kota se-Kalsel agar setiap daerah memiliki wilayah penanaman cabai. Karena cabai tidak memerlukan persyaratan tumbuh khusus, jadi di mana saja bisa tumbuh," jelas Sutikno.
Langkah ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan cabai di masing-masing daerah dan menekan harga yang saat ini mencapai lebih dari Rp100.000 per kilogram. Selain itu, Kalsel juga mencatat peringkat tiga terendah se-Indonesia untuk Indeks Perkembangan Harga (IPH), dan harga komoditas lainnya terpantau stabil.
Sutikno menambahkan bahwa operasi pasar akan terus digalakkan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, untuk menjaga stabilitas inflasi. Ia juga berharap operasi pasar tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah, tetapi juga instansi vertikal dan perusahaan melalui program CSR.
Sinergi Kunci Keberhasilan
Dengan sinergi antara pemerintah daerah, instansi vertikal, dan sektor swasta, Kalsel optimistis dapat mempertahankan tingkat inflasi yang rendah. "Dengan sinergi semua ini, kita yakin inflasi di daerah kita bisa terjaga dengan baik," tegas Sutikno. Keberhasilan Kalsel ini menjadi contoh baik bagi daerah lain dalam mengelola ekonomi dan menjaga stabilitas harga.
Ke depan, upaya peningkatan produksi komoditas pangan strategis seperti cabai rawit akan terus ditingkatkan. Hal ini penting untuk memastikan ketersediaan pasokan dan menjaga stabilitas harga di pasar. Pemerintah Kalsel juga akan terus memantau perkembangan harga komoditas lainnya dan melakukan intervensi jika diperlukan.
Komitmen dan kerja sama semua pihak menjadi kunci keberhasilan Kalsel dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Prestasi masuk delapan besar provinsi dengan inflasi terendah menjadi bukti nyata dari upaya tersebut.