Kecelakaan Crane Blora: Korban Jiwa Bertambah Menjadi Lima Orang
Kecelakaan kerja jatuhnya crane di proyek pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora mengakibatkan lima pekerja meninggal dunia, dan sejumlah lainnya luka-luka, diduga akibat kelalaian perawatan alat berat.
Kecelakaan kerja yang terjadi di proyek pembangunan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Blora, Jawa Tengah, kembali memakan korban jiwa. Jatuhnya lift crane pada Sabtu, 8 Februari 2024 pukul 07.30 WIB, kini telah menewaskan lima orang pekerja. Kejadian ini terjadi di lokasi proyek pembangunan rumah sakit tersebut, melibatkan sejumlah pekerja konstruksi, dan menyebabkan luka-luka serta korban jiwa.
Awalnya, tiga pekerja meninggal di tempat kejadian. Satu korban lainnya meninggal setelah sempat mendapatkan perawatan medis. Namun, pada Minggu, 9 Februari 2024 sekitar pukul 08.10 WIB, satu korban lagi, bernama Rinduan dari Desa Greneng, Kecamatan Tunjungan, Blora, meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Blora dan sempat dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Surakarta. Penyebab pasti kematian korban masih menunggu hasil rekam medis dari pihak terkait.
Total, lima pekerja telah meninggal dunia akibat kecelakaan ini. Mereka adalah Sono (Desa Ngampon, Kecamatan Jepon), Ahmad Zaenudin (Dukuh Lubang, Desa Puledagel, Kecamatan Jepon), Tri Wiji (Desa Bacem, Kecamatan Jepon), Djami (Dukuh Trenggiling, Desa Temurejo, Kecamatan Blora), dan Rinduan (Desa Greneng, Kecamatan Tunjungan). Selain kelima korban jiwa, kecelakaan tersebut juga mengakibatkan 13 pekerja lainnya mengalami luka-luka.
Investigasi Dugaan Kelalaian
Polres Blora telah memeriksa 12 saksi terkait kecelakaan kerja tersebut. Saksi-saksi yang diperiksa berasal dari berbagai kalangan, termasuk karyawan, pengawas lapangan, pekerja lapangan, hingga penanggung jawab proyek pembangunan gedung lima lantai RS PKU Muhammadiyah Blora. Polisi juga telah mengamankan lift crane sebagai barang bukti untuk diperiksa di Laboratorium Forensik Polda Jateng.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Blora, AKP Selamet, menyatakan bahwa berdasarkan keterangan para saksi, terdapat dugaan kelalaian dari penanggung jawab dan pengawas lapangan. "Mesin lift crane tidak ada perawatan maupun pengecekan sebelum digunakan. Hal ini diperkuat keterangan para saksi," ujar AKP Selamet.
Dugaan kelalaian ini menjadi fokus utama penyelidikan. Polisi akan menyelidiki lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan dan menetapkan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Hasil penyelidikan akan menjadi dasar untuk proses hukum selanjutnya.
Korban dan Perawatan Medis
Para korban yang meninggal dunia berasal dari berbagai desa di Kabupaten Blora. Beberapa korban meninggal di lokasi kejadian, sementara yang lain meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Proses perawatan medis bagi korban luka-luka masih terus berlangsung.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya keselamatan kerja di proyek konstruksi. Perawatan dan pengecekan rutin terhadap alat berat sangat krusial untuk mencegah kecelakaan serupa di masa mendatang. Pihak berwenang perlu meningkatkan pengawasan dan penegakan aturan keselamatan kerja di seluruh proyek konstruksi untuk melindungi para pekerja.
Informasi mengenai kondisi terkini para korban luka-luka dan perkembangan investigasi akan terus dipantau dan diinformasikan kepada publik.
Kesimpulannya, kecelakaan kerja jatuhnya lift crane di Blora menjadi tragedi yang menyedihkan dan menyoroti pentingnya keselamatan kerja di Indonesia. Proses investigasi yang sedang berlangsung diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti kecelakaan dan mencegah kejadian serupa di masa depan.