Kekurangan Obat di Kapuas: Stok Medis Menipis Akibat Banjir
Banjir di tiga kecamatan Kapuas, Kalimantan Tengah, menyebabkan kekurangan obat-obatan di Dinas Kesehatan, memicu kekhawatiran akan peningkatan penyakit.
Banjir yang melanda 26 desa di tiga kecamatan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, yaitu Kecamatan Mandau Talawang, Pasak Talawang, dan Mantangai, telah berdampak signifikan terhadap ketersediaan obat-obatan di daerah tersebut. Sebanyak 5.694 kepala keluarga (KK) atau 15.017 jiwa terdampak bencana ini. Kekurangan obat ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas dan pemerintah daerah setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, dr. Tonun Irawaty Panjaitan, mengungkapkan bahwa stok obat-obatan untuk membantu para korban banjir sangat terbatas. Meskipun sudah dilakukan suplai obat, namun jumlahnya masih jauh dari cukup. "Obat-obatan untuk membantu korban banjir sudah kita suplai. Namun, obat-obatan kita ternyata banyak yang kurang, tetapi kita sudah meminta bantuan provinsi, itu pun terbatas," ujar dr. Tonun Irawaty Panjaitan di Kuala Kapuas, Senin (17/3).
Pernyataan tersebut disampaikan setelah beliau menghadiri pelepasan bantuan logistik bencana banjir di halaman Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi peningkatan kasus penyakit di wilayah terdampak banjir.
Kekurangan Obat Picu Kekhawatiran Peningkatan Penyakit
Meskipun saat ini belum ada laporan peningkatan penyakit yang signifikan, hanya keluhan batuk dan pilek ringan yang dilaporkan warga, dr. Tonun tetap waspada. "Yang menjadi kekhawatiran kita kalau banjir ini tidak cepat surut tentu penyakit akan semakin banyak," katanya. Antisipasi dini sangat penting untuk mencegah hal tersebut.
Untuk mengantisipasi potensi peningkatan penyakit akibat banjir, Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas berencana mengusulkan anggaran melalui Belanja Tidak Terduga (BTT). Hal ini dilakukan mengingat penganggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) masih dalam proses. "Rencana kita memang karena penganggaran dari DAK masih dalam berproses, kita mungkin akan mengusulkan melalui BTT," jelas dr. Tonun.
Langkah ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan obat-obatan dan memastikan ketersediaan layanan kesehatan bagi para korban banjir. Pemerintah daerah berkomitmen untuk menyediakan akses kesehatan yang memadai bagi masyarakat yang terdampak.
Upaya Penanganan dan Harapan Ke Depan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas berharap agar banjir segera surut sehingga masyarakat dapat kembali beraktivitas normal. Mereka juga berharap agar tidak ada temuan penyakit signifikan yang muncul akibat bencana alam ini. "Mudah-mudahan masyarakat kita sehat dan tidak ada temuan penyakit signifikan dalam musibah banjir yang terjadi ini," harap dr. Tonun.
Selain upaya pengadaan obat-obatan, penting juga dilakukan upaya pencegahan penyakit melalui penyediaan air bersih, sanitasi yang baik, dan edukasi kesehatan kepada masyarakat. Kerja sama antar instansi terkait, termasuk BPBD dan pemerintah provinsi, sangat krusial dalam menangani dampak banjir ini secara komprehensif.
Saat ini, fokus utama adalah memastikan kebutuhan dasar para korban terpenuhi, termasuk akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Semoga situasi dapat segera pulih dan masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan normal.
- Banjir telah melanda 26 desa di tiga kecamatan.
- Jumlah korban terdampak mencapai 15.017 jiwa.
- Kekurangan obat-obatan menjadi kendala utama dalam penanganan kesehatan korban banjir.
- Pemerintah daerah berupaya mengatasi kekurangan obat melalui usulan anggaran BTT.