Keluarga Korban Mutilasi Blitar Ingin Bertemu Pelaku
Keluarga korban mutilasi di Blitar berharap bertemu pelaku untuk mengetahui motif pembunuhan dan mutilasi terhadap UK (29), tulang punggung keluarga yang raib setelah terakhir berkomunikasi pada 18 Januari 2024.
Sebuah kasus mutilasi menggemparkan Blitar, Jawa Timur. Potongan tubuh UK (29), warga Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, pertama kali ditemukan di Ngawi pada Kamis, 23 Januari 2024. Kini, keluarga korban, khususnya ayah tirinya, Hendi Suprapto, mengungkapkan keinginan kuat untuk bertemu langsung dengan pelaku.
Hendi mengungkapkan, "Keluarga ingin bertemu pelaku, bertanya langsung soal masalah antara pelaku dan anak saya hingga berujung pembunuhan dan mutilasi. Kami ingin tahu apa penyebabnya." Meski tengah berduka, keluarga menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Mereka berharap agar polisi dapat mengungkap motif di balik kejahatan keji tersebut.
UK digambarkan sebagai sosok yang baik dan tulang punggung keluarga. Hendi menceritakan, "Dia anak baik, tulang punggung keluarga. Sering pulang menjenguk, sebulan dua sampai tiga kali, bermain dengan anak-anaknya." Komunikasi terakhir keluarga dengan UK terjadi pada Sabtu, 18 Januari 2024. Sejak Selasa, 21 Januari 2024, kontak dengannya terputus. Upaya menghubungi lewat WhatsApp pun gagal, berbeda dari kebiasaan UK yang selalu membalas pesan atau menelepon kembali.
Kasus ini bermula dari penemuan mayat wanita tanpa kepala di dalam koper merah di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Ngawi. Tubuh korban tidak utuh, dengan kaki kiri (dari pangkal paha) dan kaki kanan (dari lutut) hilang. Hasil autopsi menunjukkan korban meninggal diduga karena kekurangan napas akibat terhambat saluran pernapasan, kemungkinan dicekik. Indikasi kekerasan juga ditemukan sebelum kematian.
Pelaku berhasil ditangkap pada Sabtu, 25 Januari 2024, sekitar pukul 24.00 WIB. Penyelidikan polisi kemudian menemukan bagian tubuh korban yang hilang, yaitu kepala di tepi jembatan Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, dan potongan kaki di Desa Sampung, Ponorogo. Polisi juga menyelidiki hotel di Kediri yang diduga menjadi tempat menginap korban sebelum kejadian.
Keinginan keluarga untuk bertemu pelaku didorong oleh rasa kehilangan dan keinginan memahami motif di balik tindakan keji tersebut. Mereka berharap keadilan ditegakkan dan misteri kematian UK terungkap sepenuhnya. Peristiwa ini menyoroti pentingnya perlindungan dan keamanan bagi seluruh warga, serta perlunya penegakan hukum yang tegas dan adil.
Kejadian ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Semoga kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua dan mendorong upaya pencegahan tindakan kekerasan serupa di masa mendatang. Pihak berwajib diharapkan dapat terus bekerja keras untuk mengungkap seluruh fakta dan memberikan keadilan bagi keluarga korban.