Kementan dan Kadin Jalin Sinergi Hilirisasi Pertanian: Stop Impor, Dorong Ekspor!
Kementan dan Kadin Indonesia berkolaborasi untuk hilirisasi kelapa, singkong, dan tebu guna mengurangi impor, meningkatkan ekspor, dan kesejahteraan petani.
Jakarta, 10 Maret 2024 - Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia resmi bersinergi dalam upaya hilirisasi komoditas pertanian unggulan, seperti kelapa, singkong, dan tebu. Kerja sama ini bertujuan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mendorong peningkatan ekspor produk dalam negeri, serta meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie di Jakarta menandai dimulainya kolaborasi strategis ini. Langkah ini diyakini akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional, khususnya sektor pertanian. Inisiatif ini menjawab tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian Indonesia di pasar global.
Hilirisasi, proses pengolahan bahan baku menjadi produk dengan nilai tambah lebih tinggi, menjadi fokus utama kerja sama ini. Dengan mengolah komoditas pertanian menjadi produk siap konsumsi atau setengah jadi, diharapkan nilai jual produk meningkat, membuka peluang pasar yang lebih luas, dan meningkatkan pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah penghasil komoditas tersebut.
Hilirisasi Kelapa: Dari Mentah Menjadi Bernilai Tinggi
Menteri Amran Sulaiman menekankan pentingnya hilirisasi kelapa. "Kami bahas tadi hilirisasi pangan. Yang kita mau hilirisasi adalah kelapa. Kelapa kan bahan bakunya sudah ada," kata Mentan. Selama ini, banyak kelapa diekspor dalam bentuk mentah, sehingga nilai ekonominya rendah. Dengan hilirisasi, kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti minyak kelapa, santan, dan produk lainnya yang memiliki nilai jual jauh lebih tinggi.
Proses ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa, meningkatkan devisa negara, dan mengurangi kemiskinan di daerah penghasil kelapa. "Kita ekspor mentah. Kesejahteraan petani meningkat, devisa meningkat, kemiskinan berkurang. Nah itu karena kelapanya sudah ada," ujar Mentan, menekankan dampak positif hilirisasi bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah melalui Kementan akan memfasilitasi dan mendukung proses hilirisasi ini, termasuk penyediaan teknologi dan pelatihan bagi petani. Kadin, sebagai perwakilan dunia usaha, akan berperan dalam membuka akses pasar dan investasi bagi produk olahan kelapa.
Singkong dan Tebu: Mengurangi Ketergantungan Impor
Selain kelapa, hilirisasi singkong dan tebu juga menjadi fokus utama. Indonesia masih mengimpor singkong dan gula mentah dalam jumlah signifikan. Dengan meningkatkan produksi dan hilirisasi kedua komoditas ini, diharapkan ketergantungan impor dapat dikurangi secara bertahap.
"Kemudian rencana (hilirisasi) singkong karena masih ada impor singkong," tutur Mentan. Begitu pula dengan tebu, "Kemudian tebu, karena kita masih impor gula mentah," terang Mentan. Hilirisasi tebu akan menghasilkan gula pasir berkualitas tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor.
Kementan dan Kadin akan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi budidaya yang lebih efisien dan berkelanjutan untuk singkong dan tebu. Dukungan dari Kadin dalam hal pemasaran dan investasi akan sangat penting untuk keberhasilan program ini.
Kolaborasi Kementan dan Kadin: Akselerasi Pembangunan Pertanian
Menteri Amran Sulaiman menyambut baik kolaborasi dengan Kadin. Ia menekankan pentingnya keterlibatan dunia usaha dalam pembangunan sektor pertanian. "Dengan kehadiran Kadin dapat menjadi motor penggerak perekonomian bangsa. Kalau Kadin bergerak bersama pemerintah, hasilnya lebih baik ke depan," katanya. MoU ini mencakup berbagai program, mulai dari cetak sawah, optimalisasi sawah, hilirisasi produk pertanian, investasi di sektor pertanian, serta pengembangan komoditas kelapa, tebu, singkong, dan lainnya.
Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie menyatakan kesiapannya untuk berkolaborasi dengan Kementan. "Kami sangat bersemangat karena mustahil mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen tanpa kontribusi besar dari sektor pertanian. Kadin siap mendukung penuh upaya pemerintah. Kami hadir di 38 provinsi di seluruh Indonesia dan jika Bapak Menteri membutuhkan sinergi dengan dunia usaha, kami siap memfasilitasi," kata Anindya.
Kadin berkomitmen untuk memperkuat ekosistem pertanian, termasuk peningkatan teknologi, kapasitas SDM, dan akses pasar internasional bagi produk pertanian Indonesia. "Salah satu fokus utama kami adalah mendukung ekosistem pertanian, sebagaimana tertuang dalam MoU ini, kami ingin memperkuat teknologi, meningkatkan kapasitas SDM, dan membuka akses pasar internasional bagi produk pertanian Indonesia," ujar Anindya.
Kolaborasi Kementan dan Kadin diharapkan dapat mempercepat pembangunan sektor pertanian, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Dengan sektor pertanian yang semakin maju, pertumbuhan ekonomi nasional pun akan semakin terdongkrak.