KKP Dorong Biofarmakologi Laut: Revolusi Kesehatan dan Perekonomian
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pemanfaatan biofarmakologi laut untuk industri farmasi, kosmetik, dan pangan, meningkatkan ketahanan farmasi nasional dan memberdayakan masyarakat pesisir.
Jakarta, 15 Februari 2024 - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gencar mendorong pemanfaatan potensi biofarmakologi laut untuk berbagai sektor, termasuk industri farmasi, kosmetik, dan pangan fungsional. Langkah strategis ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan farmasi nasional dan memberdayakan masyarakat pesisir dalam rantai pasok bahan baku obat.
Kekayaan Biota Laut Indonesia
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PKRL) KKP, Victor Gustaaf Manoppo, menekankan besarnya potensi sumber daya hayati perairan Indonesia. "Sumber daya hayati perairan Indonesia sangat besar untuk mengembangkan biofarmakologi, seperti spirulina, minyak ikan, albumin, squalene, dan ekstrak teripang. Pemanfaatannya harus berkelanjutan, memperhatikan keseimbangan ekosistem," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta.
KKP, sebagai anggota Satuan Tugas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka, aktif meningkatkan kapasitas biofarmakologi melalui berbagai program. Salah satu contohnya adalah pengembangan mikroalga spirulina di Klaten, Jawa Tengah, yang melibatkan kolaborasi akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat lokal. Inisiatif ini bertujuan untuk menunjang ketahanan obat bahan alam dan kosmetik.
Spirulina: Komoditas Unggulan Biofarmakologi
Direktur Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, menjelaskan potensi strategis spirulina dan fikosianin bagi industri farmasi dan kosmetik. Bahkan UMKM dapat berperan aktif dalam rantai pasok. "Spirulina menjadi komoditas unggulan karena kandungan fikosianinnya yang tinggi. Fikosianin berfungsi sebagai pewarna alami, antioksidan, dan antiinflamasi," kata Miftahul.
KKP juga menjalin kemitraan dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam program 'Orang Tua Angkat OBA dan Kosmetik'. Program ini memberikan pendampingan dan akses pasar yang lebih luas bagi UMKM yang memenuhi standar kualitas, sehingga dapat menjadi mitra industri besar. Budi daya spirulina juga dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan komoditas lain seperti kelapa sawit dalam produksi biofuel.
Pangan Fungsional Berbasis Fikosianin
Untuk meningkatkan nilai tambah, produk turunan spirulina seperti pycomilk (susu fortifikasi fikosianin) dan astromie (mi instan berbasis fikosianin) tengah dikembangkan sebagai pangan fungsional. "Produk ini diharapkan menjadi solusi peningkatan gizi masyarakat, terutama di daerah rawan pangan," tambah Miftahul.
KKP berkomitmen memperkuat ekosistem biofarmakologi nasional melalui regulasi yang tepat, pendampingan usaha, dan kolaborasi dengan sektor akademik dan industri. Upaya ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono untuk mendukung kemandirian farmasi Indonesia berbasis potensi sumber daya kelautan.
Kesimpulan
Program KKP ini menunjukkan komitmen nyata dalam mengembangkan potensi biofarmakologi laut Indonesia. Langkah ini tidak hanya berdampak positif bagi sektor kesehatan dan ekonomi, tetapi juga mendorong keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, industri, dan UMKM, Indonesia berpotensi menjadi pusat inovasi biofarmakologi dunia.