Lapas Selong Evaluasi Program Asimilasi Pasca Tewasnya Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Selong, Lombok Timur, NTB, mengevaluasi program asimilasi dan edukasi setelah ditemukannya jenazah seorang warga binaan yang kabur saat bertugas di program panen jagung.
Seorang warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), ditemukan meninggal dunia di Sungai Desa Tete Batu. Kejadian ini telah mendorong Lapas Selong untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program sarana asimilasi dan edukasi (SAE) yang diikutinya. Korban, yang diketahui bernama KY, kabur dari lokasi asimilasi di Menanga Baris saat bertugas dalam program perbantuan panen jagung.
Kepala Lapas Selong, Ahmad Sihabudin, membenarkan kabar tersebut dalam keterangannya pada Minggu, 27 April 2023. Ia menjelaskan bahwa KY merupakan salah satu dari sebelas warga binaan yang berpartisipasi dalam program SAE di Menanga Baris. Program ini, menurut Sihabudin, memberikan upah layak dan telah melalui proses seleksi ketat bagi warga binaan dengan catatan perilaku baik selama menjalani masa hukuman. "Yang bersangkutan malah berkelakuan baik di dalam lapas, sehingga bisa dipilih untuk menjadi tenaga bantuan panen di Menanga Baris," ujar Sihabudin.
Penemuan jenazah KY memicu penarikan seluruh peserta program SAE di Menanga Baris kembali ke Lapas Selong. Pihak keluarga KY telah menerima kepergiannya sebagai musibah dan menolak autopsi, sehingga jenazah telah diserahkan untuk dimakamkan. Kejadian ini menjadi titik evaluasi penting bagi Lapas Selong untuk meninjau kembali mekanisme dan Standar Operasional Prosedur (SOP) program SAE, khususnya terkait perbantuan panen.
Evaluasi Program Sarana Asimilasi dan Edukasi
Pasca insiden ini, Lapas Selong berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program SAE. Evaluasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari proses seleksi peserta, pengawasan selama masa asimilasi, hingga mekanisme pelaporan dan komunikasi antara Lapas dengan lokasi asimilasi. Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan dan keselamatan warga binaan yang mengikuti program ini.
Kepala Lapas menegaskan bahwa program perbantuan panen merupakan wujud pemberdayaan warga binaan dan kontribusi Lapas Selong dalam membantu petani setempat. KY seharusnya bertugas hingga 30 April bersama sepuluh rekan lainnya, bergabung dengan empat belas warga binaan yang telah lebih dulu berada di lokasi. Namun, kaburnya KY menjadi sorotan dan mendorong perlunya peningkatan pengawasan dan pengamanan.
Meskipun Sihabudin menepis spekulasi keterlibatan KY dalam kasus narkoba atau pembunuhan, evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kelemahan dalam sistem dan memperbaiki prosedur agar kejadian serupa tidak terulang. Lapas Selong berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas program SAE dan memastikan keselamatan warga binaan yang berpartisipasi.
Pihak Lapas Selong juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menyelidiki lebih lanjut penyebab kematian KY. Hasil penyelidikan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai insiden ini dan menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi program SAE.
Langkah-langkah Antisipasi Kejadian Berulang
- Peninjauan SOP program SAE, khususnya aspek keamanan dan pengawasan.
- Peningkatan pelatihan bagi petugas yang mengawasi warga binaan dalam program asimilasi.
- Penguatan sistem pelaporan dan komunikasi antara Lapas dan lokasi asimilasi.
- Evaluasi lebih ketat dalam proses seleksi peserta program SAE.
- Kerjasama yang lebih intensif dengan pihak terkait, termasuk kepolisian dan pemerintah daerah.
Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi Lapas Selong dalam menjalankan program SAE. Dengan evaluasi yang menyeluruh dan langkah-langkah antisipasi yang tepat, diharapkan program ini dapat tetap berjalan efektif dan aman bagi seluruh warga binaan yang berpartisipasi, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar.