Lasem, Jawa Tengah: Lokasi Syuting Film Horor 'Pernikahan Arwah'
Sutradara Paul Agusta memilih Lasem, Rembang, Jawa Tengah sebagai lokasi syuting film horor 'Pernikahan Arwah' karena kekayaan budaya Tionghoanya yang mendukung cerita dan elemen visual film.
Film horor terbaru, 'Pernikahan Arwah: The Butterfly House', telah memilih lokasi syuting yang unik dan menarik, yaitu Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Sutradara Paul Agusta mengungkapkan alasan di balik pilihan tersebut, yaitu karena Lasem menawarkan elemen visual yang sangat klop dengan visi filmnya. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena kekayaan budaya Tionghoa di Lasem yang begitu kental, memberikan latar autentik untuk cerita film 'Pernikahan Arwah'. Film ini rencananya juga akan ditayangkan di tujuh negara Asia lainnya.
Paul Agusta menjelaskan bahwa arsitektur, furnitur, dan fesyen peranakan Tionghoa di Lasem sangat mendukung penyampaian cerita. Setiap sudut kota menyimpan cerita menarik yang menginspirasi seluruh kru selama proses syuting. Keunikan Lasem ini diharapkan dapat memperkaya pengalaman visual dan atmosfer film horor tersebut.
Proses syuting di Lasem juga memberikan pengalaman unik bagi para pemain. Salah satunya adalah Puty Sjahrul, yang berperan sebagai Arin, perias pengantin dalam film ini. Puty, yang memulai debut layar lebarnya melalui film ini, melakukan persiapan yang matang. Ia mempelajari tata cara dan pantangan yang relevan dengan budaya Tionghoa di Lasem, termasuk mempelajari teknik memegang hio untuk adegan-adegan tertentu. Puty bahkan sempat cemas untuk menampilkan akting yang maksimal, mengingat integrasi elemen visual dengan narasi horor yang berlatar budaya Tionghoa.
Kekayaan Budaya Tionghoa Lasem dalam 'Pernikahan Arwah'
Lasem, dengan sejarah dan warisan budayanya yang kaya, menjadi latar sempurna untuk film 'Pernikahan Arwah'. Arsitektur bangunan-bangunan tua, detail furnitur, dan busana peranakan Tionghoa yang masih terjaga keasliannya, memberikan nuansa autentik pada film horor ini. Hal ini tidak hanya memperkuat elemen visual, tetapi juga memperkaya nuansa cerita yang ingin disampaikan.
Pilihan lokasi syuting di Lasem bukan hanya sekadar latar belakang visual. Paul Agusta dan timnya telah melakukan riset dan eksplorasi untuk menemukan lokasi-lokasi yang tepat dan memiliki nilai historis serta budaya yang kuat. Proses ini memberikan kedalaman dan kekayaan pada film, sehingga penonton dapat merasakan atmosfer dan nuansa Lasem yang unik.
Penggunaan Lasem sebagai lokasi syuting juga diharapkan dapat mempromosikan keindahan dan kekayaan budaya kota tersebut ke kancah internasional. Dengan penayangan film 'Pernikahan Arwah' di tujuh negara Asia lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Myanmar, Laos, dan Brunei Darussalam, diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Lasem dan menikmati pesona budayanya.
Tantangan dan Persiapan Pemain
Berperan dalam film horor dengan latar budaya yang spesifik seperti 'Pernikahan Arwah' tentu memberikan tantangan tersendiri bagi para pemain. Puty Sjahrul, misalnya, harus mempelajari berbagai hal terkait budaya Tionghoa di Lasem agar perannya sebagai Arin, perias pengantin, dapat dilakoni secara autentik dan meyakinkan.
Selain mempelajari tata cara dan pantangan, Puty juga harus memastikan aktingnya sesuai dengan harapan sutradara. Ia bahkan mempelajari teknik memegang hio, sebuah elemen penting dalam budaya Tionghoa yang terdapat dalam film tersebut. Keseriusan dan persiapan yang dilakukan Puty menunjukkan komitmennya untuk menghidupkan karakter Arin dengan sebaik mungkin.
Tantangan yang dihadapi Puty dan para pemain lainnya membuktikan bahwa pembuatan film 'Pernikahan Arwah' tidak hanya berfokus pada aspek visual, tetapi juga pada akurasi dan pemahaman budaya yang mendalam. Hal ini menunjukkan dedikasi tim produksi untuk menghasilkan film yang berkualitas dan bernilai budaya tinggi.
Integrasi elemen budaya Tionghoa dalam film 'Pernikahan Arwah' berpotensi memperkaya alur cerita film Indonesia. Dengan menampilkan budaya Tionghoa secara autentik, film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada penonton lokal dan internasional.
Film ini diproduksi oleh Entelekey Media Indonesia dan akan segera ditayangkan di Indonesia, diikuti oleh penayangan di tujuh negara Asia lainnya sekitar satu hingga dua minggu setelah penayangan di Indonesia. Hal ini menunjukkan ambisi Entelekey Media Indonesia untuk memperluas jangkauan film Indonesia ke pasar internasional.
Dengan demikian, film 'Pernikahan Arwah' tidak hanya menawarkan cerita horor yang menegangkan, tetapi juga menjadi jendela bagi penonton untuk melihat keindahan dan kekayaan budaya Tionghoa di Lasem, Jawa Tengah. Pilihan lokasi syuting yang tepat dan persiapan yang matang dari para pemain dan kru, menjadikan film ini sebuah karya sinematik yang patut dinantikan.