Lebak Bidik Swasembada Ikan Air Tawar 2025: Produksi Tembus 6.000 Ton
Kabupaten Lebak, Banten, optimistis capai swasembada ikan air tawar pada 2025 dengan peningkatan produksi hingga 6.000 ton dan berbagai program pembinaan pembudidaya.
Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, memasang target ambisius: swasembada ikan air tawar pada tahun 2025. Target ini didorong oleh potensi perairan yang luas di Lebak dan tingginya permintaan pasar di daerah tersebut. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Winda Triana, menyatakan optimisme atas pencapaian target ini. Berbagai strategi dan bantuan telah disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk pembinaan terhadap kelompok pembudidaya ikan.
Winda Triana menjelaskan bahwa upaya pemerintah daerah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) para pembudidaya ikan. Bantuan berupa benih ikan air tawar juga disalurkan secara rutin kepada kelompok pembudidaya. Selain itu, pemerintah juga melakukan perbaikan fasilitas di Balai Benih Ikan (BBI) untuk menunjang peningkatan produksi. Semua upaya ini diharapkan mampu mendorong swasembada ikan air tawar di Kabupaten Lebak.
Langkah-langkah strategis tersebut terbukti efektif. Pada tahun 2024, 4.210 Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Lebak, dengan 2.936 RTP aktif, berhasil memproduksi 4.014 ton ikan air tawar. Jenis ikan yang diproduksi meliputi udang vaname, mas, nila, gurame, patin, dan bawal tawar, dengan total perputaran uang mencapai Rp138 miliar. Produksi ini telah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi ikan air tawar di Lebak, sehingga tidak lagi mengandalkan pasokan dari daerah lain seperti Cianjur, Sukabumi, dan Bogor.
Strategi Menuju Swasembada Ikan Air Tawar
Pemerintah Kabupaten Lebak menetapkan target produksi ikan air tawar sebesar 6.000 ton pada tahun 2024 sebagai langkah menuju swasembada. Untuk mencapai target tersebut, berbagai strategi telah diterapkan. Salah satu strategi kunci adalah pengembangan percontohan budidaya ikan air tawar bagi kelompok pembudidaya. Bantuan diberikan mulai dari penyediaan benih hingga proses pembesaran ikan.
Selain itu, pelatihan produksi pakan mandiri juga diberikan kepada para pembudidaya. Bahan baku pakan yang digunakan adalah maggot dari binatang lalat, sebuah inovasi yang ramah lingkungan dan ekonomis. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana juga menjadi fokus pemerintah. Balai Benih Ikan (BBI) di beberapa kecamatan, seperti Cipanas, Kalanganyar, dan Wanasalam, terus dikembangkan untuk mendukung peningkatan produksi.
Winda Triana menekankan komitmen pemerintah untuk meningkatkan produksi ikan gurame, bawal, dan patin, karena tingginya permintaan pasar terhadap jenis ikan tersebut. Upaya ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya ikan di Kabupaten Lebak.
Kesuksesan Pembudidaya Ikan Lokal
Agus, seorang pembudidaya ikan di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, menjadi contoh keberhasilan program pembinaan pemerintah daerah. Ia kini mampu menjual benih ikan lele hasil pembenihan lokal dengan harga bervariasi antara Rp500 hingga Rp800 per benih. Agus mampu memproduksi dan menjual antara 6.000 hingga 10.000 benih ikan lele setiap triwulannya.
Suksesnya Agus menunjukkan bahwa program pembinaan pemerintah daerah efektif dalam meningkatkan kapasitas dan produktivitas para pembudidaya ikan. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa dengan dukungan dan pembinaan yang tepat, potensi perikanan di Kabupaten Lebak dapat dioptimalkan untuk mencapai swasembada ikan air tawar.
Distribusi produksi ikan air tawar yang merata di beberapa kecamatan seperti Rangkasbitung, Warunggunung, Maja, Cilograng, Cipanas, Lebak Gedong, Sobang, Cibadak, Cibeber, dan Gunung Kencana, menunjukkan potensi yang besar untuk mencapai target swasembada. Dengan komitmen dan kerja keras dari pemerintah daerah dan para pembudidaya, target swasembada ikan air tawar di Kabupaten Lebak pada tahun 2025 sangat mungkin terwujud.