Lebaran Ketupat Parigi: Silaturahmi dan Harmoni Masyarakat Sulteng
Gubernur Sulteng, Nawar Hafid, menghadiri Lebaran Ketupat di Parigi Moutong dan menekankan pentingnya tradisi ini sebagai penguat silaturahmi dan persatuan masyarakat pasca Idul Fitri.
Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Nawar Hafid, menekankan pentingnya silaturahmi dan persatuan masyarakat pasca perayaan Idul Fitri. Hal ini disampaikan beliau saat menghadiri acara Lebaran Ketupat di Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, pada Senin, 7 April 2025. Acara yang diprakarsai oleh Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) ini menjadi momen penting bagi masyarakat untuk mempererat tali persaudaraan.
Acara Lebaran Ketupat di Parigi Moutong, yang telah berlangsung selama kurang lebih 30 tahun, bukan sekadar acara jamuan makan. Lebih dari itu, acara ini merupakan tradisi yang memperkokoh hubungan antar sesama warga dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Gubernur Nawar Hafid menambahkan, "Melalui kegiatan ini hubungan silaturahmi harus lebih harmonis dalam kehidupan sosial masyarakat."
Lebih lanjut, Gubernur Nawar Hafid juga menyampaikan pentingnya persatuan dalam membangun kekuatan. Beliau menyatakan, "Tidak ada kekuatan tanpa persatuan, maka silaturahmi menjadi jawabannya. Sebagai umat Muslim, kita harus saling tolong menolong memberikan penguatan, terlebih saat ini masih di momen Idul Fitri maka saling memaafkan adalah kesejukan." Ke depannya, Pemerintah Provinsi Sulteng dan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong berencana memasukkan Lebaran Ketupat ke dalam agenda tahunan pemerintah daerah sebagai bagian dari festival pengembangan pariwisata.
Tradisi Lebaran Ketupat: Perekat Persatuan dan Kesatuan
Lebaran Ketupat, menurut Gubernur Nawar Hafid, memiliki simbol yang kuat untuk mempererat persatuan dan kesatuan umat Islam. Tradisi ini sarat makna, baik dari sisi spiritual maupun kekayaan budaya. Beliau berharap, "Kami berharap melalui kegiatan ini masyarakat dan pemda semakin lebih solid dalam menata kehidupan lebih baik, terlebih dalam pembangunan daerah."
Pj. Bupati Parigi Moutong, Richard Arnaldo, turut menyampaikan pentingnya melestarikan tradisi Lebaran Ketupat sebagai bagian dari warisan budaya daerah. Tradisi ini bukan hanya menjaga keragaman budaya, tetapi juga membangun identitas masyarakat dengan akar budaya yang kuat. Richard juga menekankan pentingnya persatuan menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada pada 16 April 2025.
Ia mengingatkan, "Semangat kebersamaan harus tetap terjalin, terlebih Parigi Moutong pada tanggal 16 (April) nanti melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK), maka jangan ada perpecahan di tengah masyarakat." Hal ini menunjukkan bahwa Lebaran Ketupat tidak hanya memiliki makna religius dan kultural, tetapi juga berperan penting dalam menjaga stabilitas sosial politik di daerah.
Pentingnya Silaturahmi dan Harmoni Sosial
Dalam konteks yang lebih luas, Lebaran Ketupat di Parigi Moutong menjadi contoh nyata bagaimana tradisi budaya dapat memperkuat ikatan sosial dan mempersatukan masyarakat. Acara ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk saling bermaaf-maafan, mempererat hubungan, dan membangun rasa kebersamaan. Hal ini sangat penting, terutama dalam konteks keberagaman budaya dan perbedaan pandangan politik yang mungkin ada di masyarakat.
Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini. Dengan memasukkan Lebaran Ketupat ke dalam agenda tahunan pemerintah daerah, diharapkan tradisi ini dapat terus lestari dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Parigi Moutong. Selain itu, menjadikan Lebaran Ketupat sebagai bagian dari festival pariwisata juga dapat mempromosikan kekayaan budaya daerah dan menarik wisatawan.
Kesimpulannya, Lebaran Ketupat di Parigi Moutong bukan hanya sekadar tradisi tahunan, tetapi juga menjadi simbol penting dari persatuan, kesatuan, dan silaturahmi masyarakat Sulawesi Tengah. Tradisi ini diharapkan dapat terus lestari dan menjadi perekat bagi masyarakat dalam membangun kehidupan yang lebih baik.