Literasi Keuangan Sejak Dini: Kunci Menuju Maluku Emas 2045
Ekonom Universitas Pattimura, Prof. Teddy Leasiwal, menekankan pentingnya literasi keuangan inklusif sejak dini sebagai kunci pembangunan ekonomi Maluku menuju Maluku Emas 2045, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan.
Ambon, 19 Februari 2024 (ANTARA) - Prof. Teddy Leasiwal, ekonom dari Universitas Pattimura Ambon, Maluku, menyatakan bahwa literasi keuangan inklusif sejak usia dini merupakan kunci utama dalam mewujudkan visi Maluku Emas 2045. Pernyataan ini disampaikannya di Ambon, Rabu lalu. Ia menekankan pentingnya pengenalan konsep keuangan dasar, seperti menabung dan berinvestasi, kepada anak-anak sejak usia sekolah.
Menurut Prof. Leasiwal, literasi keuangan inklusif tidak hanya sebatas pengetahuan dan keterampilan mengelola keuangan, tetapi juga mencakup akses yang adil dan terjangkau terhadap layanan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Ia percaya bahwa menanamkan pemahaman keuangan sejak dini akan membentuk kebiasaan ekonomi positif, membantu pengambilan keputusan yang tepat, dan mencegah kemiskinan di masa depan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa literasi keuangan inklusif berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi individu dan masyarakat secara keseluruhan, serta mengurangi kesenjangan ekonomi. Konsep ini, menurutnya, berperan penting dalam menciptakan keadilan dan kesetaraan akses terhadap layanan keuangan.
Literasi Keuangan Inklusif: Strategi Menuju Kesejahteraan
Prof. Leasiwal menyarankan beberapa strategi untuk meningkatkan literasi keuangan inklusif, di antaranya pendidikan keuangan di sekolah, konseling keuangan, dan perluasan akses ke layanan keuangan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga keuangan, organisasi nirlaba, dan pemerintah dalam mengimplementasikan program-program literasi keuangan.
Ia menyayangkan jika pengenalan literasi keuangan baru dilakukan di bangku kuliah. Menurutnya, pendidikan keuangan dasar, seperti menabung dan investasi, dapat dimulai sejak sekolah dasar, bahkan dengan memperkenalkan konsep wirausaha kecil-kecilan untuk meningkatkan minat anak terhadap dunia ekonomi. Hal ini, menurutnya, akan membentuk kebiasaan positif sejak dini.
Dalam jangka panjang, peningkatan literasi keuangan inklusif diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan meningkatkan akses terhadap layanan keuangan yang adil dan terjangkau bagi semua kalangan. Prof. Leasiwal juga menyoroti pentingnya literasi keuangan dalam mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang rentan terhadap perubahan dan membutuhkan biaya mitigasi yang besar.
Ia menyarankan agar literasi keuangan inklusif diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Meskipun mengakui bahwa hal ini membutuhkan pemahaman lebih lanjut dari pihak pendidikan, ia tetap meyakini bahwa literasi keuangan adalah kunci menuju Indonesia Emas 2045.
Data Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS), indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 75,02 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2022, di mana indeks literasi keuangan tercatat sebesar 49,68 persen.
Peningkatan ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan. Namun, masih terdapat ruang untuk peningkatan lebih lanjut dalam upaya mencapai literasi dan inklusi keuangan yang menyeluruh di Indonesia, khususnya di daerah-daerah seperti Maluku.
Kesimpulannya, peningkatan literasi keuangan inklusif sejak usia dini merupakan strategi krusial untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dan mengurangi kemiskinan, sekaligus menjadi kunci utama dalam mewujudkan visi Maluku Emas 2045 dan Indonesia Emas 2045. Kerja sama antara berbagai pihak sangat penting untuk keberhasilan program ini.