Menteri LH Buktikan Sawit Ramah Lingkungan: PTPN Sukses Reduksi Emisi 33.700 Ton CO2
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengunjungi PTPN di Riau dan membuktikan bahwa industri sawit Indonesia dapat tetap menguntungkan sekaligus ramah lingkungan melalui inovasi pengelolaan limbah sawit menjadi energi terbarukan.
Pekanbaru, 10 Mei 2024 - Menteri Lingkungan Hidup (LHK) Hanif Faisol Nurofiq melakukan kunjungan ke fasilitas pengelolaan sawit milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Riau. Kunjungan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perusahaan kelapa sawit di Indonesia mampu beroperasi secara menguntungkan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Kunjungan tersebut membuahkan hasil positif berupa bukti nyata keberhasilan PTPN dalam mereduksi emisi gas rumah kaca.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Hanif mengumumkan keberhasilan PTPN dalam mereduksi emisi gas rumah kaca hingga setara dengan 33.700 ton CO2 ekuivalen. Prestasi ini dicapai melalui inovasi pengelolaan limbah sawit menjadi biogas, yang kemudian diolah menjadi sumber energi terbarukan berkapasitas 1 megawatt (MW). Energi terbarukan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perkebunan sawit dan juga pasokan listrik di wilayah tersebut.
Menteri Hanif menekankan pentingnya langkah ini sebagai bukti nyata komitmen Indonesia dalam mengurangi dampak lingkungan dari industri sawit. Ia juga berharap keberhasilan PTPN dapat menginspirasi perusahaan sawit lain di Indonesia untuk menerapkan praktik serupa demi keberlanjutan lingkungan dan perekonomian nasional.
Inovasi PTPN: Biogas dari Limbah Sawit
Salah satu kunci keberhasilan PTPN dalam mengurangi emisi gas rumah kaca adalah pemanfaatan limbah sawit. Limbah yang biasanya menjadi masalah lingkungan kini diubah menjadi sumber energi terbarukan. Proses pengolahan limbah menjadi biogas ini merupakan langkah inovatif yang patut diapresiasi.
Dengan kapasitas 1 MW, energi terbarukan dari biogas ini mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik di area perkebunan. Hal ini tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan efisiensi biaya operasional bagi PTPN.
Inovasi ini juga sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang saat ini menjadi fokus utama dalam dunia bisnis global. Penerapan prinsip ESG menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Menteri Hanif berharap model ini dapat direplikasi oleh perusahaan sawit lainnya. Dengan demikian, industri sawit Indonesia dapat menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan dan sekaligus meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Menjawab Isu Negatif Sawit Global
Menteri Hanif menjelaskan bahwa langkah PTPN ini merupakan jawaban atas isu-isu negatif seputar industri kelapa sawit Indonesia di kancah internasional. Seringkali, industri sawit dihadapkan pada stigma negatif terkait dampak lingkungannya.
Dengan keberhasilan PTPN dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, diharapkan stigma negatif tersebut dapat diatasi. Inovasi dan praktik berkelanjutan menjadi kunci untuk meningkatkan citra positif industri sawit Indonesia di mata dunia.
Menteri Hanif mengajak seluruh pengusaha kelapa sawit untuk bersama-sama menerapkan praktik berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya pembelajaran dan kolaborasi antar perusahaan untuk mempercepat proses pengurangan emisi gas rumah kaca.
Dengan demikian, industri kelapa sawit Indonesia dapat tetap memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional sekaligus menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Keberhasilan PTPN menjadi contoh nyata bahwa industri sawit dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.
“Sektor agriculture adalah sektor yang diidentifikasi sebagai salah satu penyumbang emisi. Bersama sektor yang lain sebenarnya sektor agriculture ini paling rendah. Langkah-langkah secara fundamental melalui program Environmental, Social, and Governance (ESG) dari PTPN kemudian mencoba mengartikulasikan kegiatan ini melalui renewable energy dari pemanfaatan bumi,” ujar Menteri Hanif.
“Penting kemudian menjadikan ini (sebagai) upaya kita di tengah-tengah kancah perdagangan internasional yang menggunakan segala cara untuk mendiskon produk-produk kita termasuk isu-isu negatif palm oil,” tegasnya.
“Harapan kami ini menjadi salah satu kunjungan untuk menstimulasi teman-teman yang lain bisa belajar bagaimana menyusun ini, jadi tidak perlu lambat-lambat (dalam pengurangan emisi gas rumah kaca), karena sudah ada contohnya,” tutur Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq.