Merawat Tradisi Blangikhan Jelang Ramadhan: Sucikan Diri, Lestarikan Budaya Lampung
Tradisi Blangikhan di Lampung, mandi bersama di sungai untuk menyucikan diri jelang Ramadhan, dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya sekaligus potensi wisata.
Provinsi Lampung menyambut bulan suci Ramadhan dengan tradisi unik bernama Blangikhan, sebuah prosesi mandi bersama di sungai atau kolam yang dipimpin oleh tetua adat. Tradisi ini dilakukan untuk membersihkan diri secara spiritual dan fisik sebelum menjalankan ibadah puasa. Prosesi Blangikhan melibatkan arak-arakan, pecah kendi oleh tetua adat, dan ritual mandi suci oleh para Muli-Mekhanai (bujang-gadis) menggunakan air langir, bunga tujuh rupa, setanggi, dan daun pandan. Tradisi ini, yang telah berlangsung turun-temurun, menunjukkan nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
Ketua Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL), Rycko Menoza SZP, menjelaskan bahwa Blangikhan merupakan wujud penyucian diri sebelum Ramadhan. Tradisi ini telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat muslim di Lampung dan mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. "Blangikhan yang dilakukan setiap setahun sekali guna menyambut bulan puasa memiliki makna penyucian diri sebelum memasuki dan menjalankan ibadah pada Ramadhan," ujar Rycko Menoza.
Upaya pelestarian Blangikhan dilakukan melalui berbagai cara. MPAL berencana menyusun buku tata cara Blangikhan sebagai rujukan pelaksanaan yang sesuai dengan adat istiadat di Lampung. Selain itu, MPAL melibatkan siswa dan masyarakat umum, khususnya para bujang gadis, dalam prosesi Blangikhan. Lebih jauh lagi, Rycko Menoza mendorong agar Blangikhan menjadi event nasional tahunan, sekaligus mempromosikan pariwisata Lampung ke kancah nasional dan internasional. Ia melihat keselarasan antara tradisi Blangikhan dengan nilai-nilai keagamaan umat Islam.
Melestarikan dan Mempromosikan Blangikhan
Langkah-langkah konkret telah dilakukan untuk memperkenalkan Blangikhan ke dunia internasional. Beberapa mahasiswa asing dari berbagai negara, termasuk Yaman dan Jepang, dilibatkan dalam prosesi Blangikhan. Mushouwir Gelar Khaja Kesuma Yudha, seorang tokoh adat Lampung, menjelaskan bahwa keterlibatan mahasiswa asing bertujuan untuk mempromosikan budaya Lampung secara lokal dan internasional. Pergelaran tahunan Blangikhan merupakan upaya nyata MPAL untuk memastikan tradisi ini tetap hidup dan dikenal luas, terutama oleh generasi muda.
Pemerintah Provinsi Lampung juga turut berperan serta dalam pelestarian tradisi Blangikhan. Pemerintah mengajak seluruh masyarakat untuk berkomitmen menjaga dan memperkenalkan tradisi ini kepada dunia agar tetap lestari. Tradisi Blangikhan bukan sekadar acara seremonial, tetapi simbol kekayaan budaya dan kearifan lokal Lampung. Nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati yang terkandung dalam tradisi ini sangat relevan dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat Lampung.
Blangikhan mengajarkan pentingnya persiapan menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang suci dan penuh keikhlasan. Tradisi ini juga merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang relevan dengan jati diri orang Lampung, mengajarkan pentingnya hubungan baik antar sesama, rasa syukur, dan kebersamaan.
Nilai-nilai Luhur dalam Blangikhan
- Penyucian diri sebelum Ramadhan
- Menjaga hubungan baik antar sesama
- Rasa syukur kepada Allah SWT
- Kebersamaan dan gotong royong
- Saling menghormati
Dengan demikian, upaya pelestarian tradisi Blangikhan tidak hanya menjaga warisan budaya Lampung, tetapi juga memperkuat nilai-nilai luhur dan mempromosikan potensi wisata daerah. Harapannya, tradisi ini akan tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian penting dari identitas budaya Lampung.
Melalui berbagai upaya yang dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah daerah, maupun tokoh adat, tradisi Blangikhan diharapkan dapat terus berkembang dan dikenal luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah budaya lokal dapat dijaga dan dipromosikan untuk memperkaya khazanah budaya Indonesia.