Nelayan Spermonde: Beralih ke Panel Surya untuk Hemat Biaya Operasional
Nelayan di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, beralih menggunakan panel surya untuk mengurangi biaya operasional dan mendukung upaya pemerintah menuju emisi nol persen pada 2060.
Para nelayan di Pelabuhan Rakyat Paotere, Makassar, pagi itu tampak sibuk. Sebagian menyiapkan perbekalan, sementara yang lain merawat panel surya mereka. Peralatan ini, beragam ukurannya, mulai dari 1x1,5 meter hingga lebih besar, kini menjadi pemandangan umum di perahu-perahu nelayan. Panel surya terhubung ke aki, lalu ke radar kapal dan lampu. Inilah kisah bagaimana nelayan Spermonde beralih ke energi terbarukan.
Yahya, nelayan dari Pulau Dewakang, Pangkep, menjelaskan pentingnya perawatan panel surya agar penyerapan sinar matahari optimal. Ia membersihkan panel dari kotoran dan memastikan ikatannya kuat, demi menjaga investasi Rp1,7 juta yang dikeluarkannya pada 2022. Dengan panel surya, Yahya menghemat pengeluaran BBM hingga Rp720.000 per bulan, karena tak lagi perlu membeli solar untuk menghidupkan lampu, radar, dan mesin kapal.
Mustari, nelayan dari Pulau Kodingareng, Makassar, memiliki pengalaman serupa. Ia meminjam uang dari Koperasi Nelayan untuk membeli panel surya seharga Rp2,1 juta dan melunasinya secara cicilan. Kini, ia pun merasakan manfaat penghematan yang signifikan. Kisah mereka menunjukkan manfaat ekonomi nyata dari beralih ke energi terbarukan.
Berbeda dengan Yahya dan Mustari, Haeruddin dari Pulau Balang Caddi, Maros, mendapatkan panel surya gratis dari sebuah BUMN melalui program CSR. Panel surya berukuran 1x1,5 meter ini mampu menghidupkan empat lampu, radar, dan mesin kapalnya. Meskipun gratis, Haeruddin tetap merawatnya dengan baik.
Kemudahan akses panel surya di toko elektronik Makassar mendorong adopsi teknologi ini. Data Pusat Pelelangan Ikan Paotere menunjukkan, dari 4.671 armada penangkap ikan berukuran 6-20 GT dan 168 armada di atas 20 GT, hampir 50 persen kapal berukuran besar telah menggunakan panel surya. Ini menunjukkan tren yang positif dalam pemanfaatan energi terbarukan di sektor perikanan.
Muhammad Ilyas, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan, menjelaskan upaya pemerintah dalam mendukung transisi ini. Pihaknya berupaya memberikan pembinaan dan bantuan peralatan kepada nelayan, termasuk sosialisasi energi baru terbarukan (EBT) di Kepulauan Spermonde. Upaya lain termasuk menghubungkan nelayan langsung dengan eksportir untuk mendapatkan harga jual ikan yang lebih baik.
Selain itu, pemerintah juga mendorong eksportir untuk menjadi ‘bapak angkat’ nelayan, memberikan sosialisasi standar produk perikanan, dan menyalurkan dana CSR untuk peralatan tangkap atau panel surya. Hal ini dibenarkan Haeruddin, penerima bantuan CSR panel surya. Ia menekankan pentingnya perawatan, mengingat pengalamannya kehilangan panel surya akibat angin kencang dan harus mengeluarkan biaya perbaikan sekitar Rp1 juta.
Pengalaman para nelayan ini menggambarkan manfaat efisiensi dan ramah lingkungan dari energi terbarukan. Upaya pemerintah untuk mendorong penggunaan energi hijau, seperti panel surya, merupakan bagian penting dari target Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol persen pada 2060. Kisah para nelayan Spermonde ini menjadi contoh nyata dari transisi ke energi berkelanjutan.