OJK: Prospek IPO Perbankan di 2025 Tetap Positif, Bank DKI Diharapkan Segera Melantai
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai prospek IPO perbankan, terutama BPD dan BPR, masih positif di 2025, meskipun tantangan ekonomi global perlu diwaspadai; Bank DKI diharapkan segera melakukan IPO.
Jakarta, 9 Mei 2025 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kabar positif terkait prospek initial public offering (IPO) bagi industri perbankan Indonesia di tahun 2025. Meskipun tantangan ekonomi global membayangi, OJK menilai peluang bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk melantai di bursa saham masih cukup baik dan menjanjikan. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) April 2025.
Inarno menjelaskan bahwa kebutuhan perbankan untuk memperkuat struktur permodalan guna mendukung ekspansi usaha, digitalisasi layanan, dan inovasi produk keuangan membuka peluang besar bagi IPO sebagai sumber pendanaan. Namun, ia juga menekankan pentingnya pemenuhan persyaratan dasar, termasuk perlindungan investor, kesiapan operasional, dan tata kelola perusahaan yang baik. Tantangan ekonomi global dan volatilitas pasar menjadi pertimbangan penting bagi calon emiten dalam menentukan timing IPO yang tepat dan valuasi saham yang optimal.
Transparansi, tata kelola yang baik, dan model bisnis yang adaptif menjadi kunci keberhasilan IPO, menurut Inarno. Kesiapan internal dan strategi jangka panjang yang jelas juga krusial untuk menarik minat investor. Meskipun peluang IPO masih terbuka, Inarno mengakui bahwa investor cenderung lebih berhati-hati dan selektif dalam berinvestasi di tengah tekanan ekonomi global.
Peluang IPO bagi BPD dan BPR
OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 7 Tahun 2024, yang membuka jalan bagi BPR dan BPR Syariah untuk melakukan IPO. Salah satu syarat utamanya adalah pemenuhan modal inti minimum sebesar Rp80 miliar. Namun, hingga saat ini, OJK belum menerima pernyataan pendaftaran IPO dari BPR atau BPR Syariah mana pun.
Terkait dengan Bank DKI, Inarno menyatakan bahwa belum ada konsultasi atau pernyataan pendaftaran IPO yang diajukan. Meskipun Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, berharap Bank DKI dapat melakukan IPO paling lambat dalam satu tahun ke depan, mengingat pembagian dividen yang signifikan sebesar Rp249,31 miliar pada tahun buku 2024, OJK masih menunggu langkah resmi dari Bank DKI.
Pramono Anung Wibowo menilai prospek Bank DKI cukup bagus untuk melakukan IPO. Pembagian dividen yang mencapai 32 persen dari keuntungan menunjukkan kinerja yang positif. Ia optimistis Bank DKI dapat memenuhi syarat dan melakukan IPO dalam waktu dekat.
Tantangan dan Kesempatan di Pasar Modal
Meskipun prospek IPO perbankan dinilai positif, OJK menyadari adanya tekanan ekonomi global yang memengaruhi pasar modal. Volatilitas pasar menjadi tantangan tersendiri bagi calon emiten. Oleh karena itu, pemilihan waktu yang tepat dan strategi yang matang sangat penting untuk keberhasilan IPO.
OJK menekankan pentingnya transparansi dan tata kelola yang baik sebagai faktor kunci dalam menarik minat investor. Calon emiten juga perlu memiliki model bisnis yang adaptif dan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi ekonomi. Kesiapan internal dan strategi jangka panjang yang jelas akan meningkatkan daya tarik bagi investor potensial.
Dengan demikian, kesuksesan IPO tidak hanya bergantung pada kondisi pasar, tetapi juga pada kesiapan dan strategi calon emiten itu sendiri. OJK siap memberikan dukungan dan bimbingan kepada calon emiten untuk memastikan proses IPO berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kesimpulannya, OJK tetap optimis terhadap prospek IPO perbankan di tahun 2025, tetapi mengingatkan pentingnya persiapan matang dan antisipasi terhadap tantangan ekonomi global. Transparansi, tata kelola yang baik, dan strategi yang tepat akan menjadi penentu keberhasilan IPO bagi para calon emiten.