Pakar Infrastruktur Desak Pemerintah Dukung Inovasi Wujudkan Indonesia Emas 2045
Dr. Heru Dewanto meminta pemerintah untuk mendukung inovasi guna mencapai visi Indonesia Emas 2045, karena sistem sosial yang ada dinilai belum kondusif untuk menciptakan sumber pendapatan baru.
Jakarta, 3 Maret 2024 (ANTARA) - Dr. Heru Dewanto, pakar infrastruktur dan pengajar di Universitas Pertahanan, menyerukan dukungan pemerintah terhadap inovasi sebagai kunci mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada Senin, menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendorong kemajuan ekonomi Indonesia.
Heru Dewanto menyoroti tantangan yang dihadapi para inovator di Indonesia. Kegagalan dalam komersialisasi inovasi seringkali berdampak buruk pada reputasi, membuat para pendana enggan berinvestasi dan komunitas inovasi memandang inovator tersebut sebagai pihak yang gagal. Lebih jauh lagi, beberapa inovator bahkan menghadapi masalah hukum akibat inovasi yang merugikan negara.
Menurutnya, sistem sosial Indonesia belum sepenuhnya mendukung terciptanya "new money", atau sumber pendapatan baru. Ia menjelaskan bahwa dunia usaha di Indonesia cenderung berfokus pada "old money", memanfaatkan sumber daya alam seperti minyak bumi, hutan, kelapa sawit, batu bara, dan mineral lainnya. Hal ini, menurutnya, menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dukungan Pemerintah untuk Inovasi
Heru Dewanto berpendapat bahwa inovasi dan teknologi baru akan menciptakan "new money" melalui pengembangan mesin-mesin ekonomi baru. Ia yakin bahwa dengan pengembangan mesin ekonomi baru, Indonesia dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045. Selama 30 tahun terakhir, sejak 1993, Indonesia telah berada di kelompok negara berpenghasilan menengah (middle income country), dan mesin-mesin ekonomi lama belum mampu mengangkat Indonesia menjadi negara maju.
Sebagai contoh, Heru Dewanto menunjuk industrialisasi dan hilirisasi sebagai mesin ekonomi yang diandalkan. Ia mengakui pentingnya peran industri dalam pembangunan negara maju, tetapi menekankan perlunya kecermatan dan pengetahuan teknis dalam hilirisasi. Ia menyarankan agar hilirisasi dimulai dengan komoditas yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, seperti nikel, bauksit, dan timah.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui pemilihan teknologi yang tepat, khususnya dalam ekstraksi sumber daya di tahap awal rantai nilai. "Yang lebih penting lagi adalah bagaimana menjadikannya keunggulan kompetitif, jawabannya adalah pilihan teknologi, terutama teknologi ekstraksi di rantai nilai yang paling hulu," katanya.
Hilirisasi dan Teknologi sebagai Kunci
Heru Dewanto menyoroti perlunya investasi dalam teknologi ekstraksi yang efisien dan berkelanjutan untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia. Hal ini akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi untuk menciptakan ekosistem inovasi yang kondusif.
Pemerintah, menurutnya, perlu memberikan insentif dan dukungan yang memadai bagi para inovator, termasuk perlindungan hukum dan akses ke pembiayaan. Dengan demikian, para inovator dapat fokus pada pengembangan inovasi yang berdampak positif bagi perekonomian nasional. Dukungan ini, menurutnya, akan mendorong munculnya lebih banyak inovasi yang dapat berkontribusi pada pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Kesimpulannya, dukungan pemerintah terhadap inovasi merupakan langkah krusial dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan menciptakan ekosistem inovasi yang kondusif dan memberikan dukungan yang memadai bagi para inovator, Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam dan teknologi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.