Papua Barat Fokus Kembangkan Pala, Kopi, dan Kakao di 2025
Pemerintah Provinsi Papua Barat memprioritaskan pengembangan pala, kopi, dan kakao pada tahun 2025 dengan anggaran APBD, fokus pada peningkatan kualitas dan perluasan lahan secara berkelanjutan.
Provinsi Papua Barat menetapkan fokus pengembangan tiga komoditas perkebunan unggulan pada tahun 2025, yaitu pala, kopi, dan kakao. Program ini dijalankan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHBun) Provinsi Papua Barat dengan menggunakan anggaran APBD Provinsi. Keputusan ini diambil setelah tahun 2024 APBN difokuskan pada program swasembada pangan, sehingga tidak dialokasikan untuk sektor perkebunan.
Kepala Bidang Perkebunan TPHBun Papua Barat, Benediktus Hery, menjelaskan bahwa pengembangan komoditas ini akan dilakukan secara terarah dan terukur. "Tahun ini tidak ada alokasi APBN untuk perkebunan, karena terfokus dengan program swasembada pangan," ungkap Hery dalam keterangannya di Manokwari, Selasa (4/3).
Program pengembangan ini menargetkan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi komoditas perkebunan andalan Papua Barat. Strategi yang diterapkan pun beragam, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing komoditas dan wilayah penanaman.
Pengembangan Pala, Kopi, dan Kakao di Papua Barat
Untuk komoditas pala, program bantuan difokuskan pada penyediaan benih bagi kelompok masyarakat di Kabupaten Kaimana, dengan target perluasan lahan kurang dari 100 hektare. Selain itu, bantuan juga akan diberikan untuk sarana pengeringan pala di Kabupaten Fakfak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pasca panen dan daya saing produk pala Papua Barat di pasar.
Sementara untuk kopi arabika, pengembangan akan dilakukan di wilayah Pegunungan Arfak dengan pendekatan agroforestry. Target penambahan luasan lahan terbatas hanya 10 hektare mengingat Pegunungan Arfak merupakan kawasan konservasi yang perlu dijaga kelestariannya. Metode agroforestry dipilih untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan produksi kopi.
Sedangkan untuk kakao, program bantuan difokuskan pada pemeliharaan kebun kakao yang sudah ada di Kabupaten Manokwari Selatan. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi kakao dan menjaga produktivitas kebun petani. Hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi komoditas kakao di Papua Barat.
Benediktus Hery menambahkan bahwa pada tahun 2024, program pengembangan perkebunan telah berjalan dengan baik. Sumber dana berasal dari DIPA APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi. Program tersebut meliputi perluasan perkebunan pala di Kaimana (100 hektare), pengembangan perkebunan kelapa di Teluk Wondama, pengembangan pala di Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni, pengembangan kopi di Pegunungan Arfak, serta penyaluran bantuan sarana prasarana pengolahan sagu.
"Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan komoditi perkebunan tahun 2024 terlaksana dengan baik," tegas Hery.
Strategi Berkelanjutan untuk Sektor Perkebunan Papua Barat
Pemerintah Provinsi Papua Barat berkomitmen untuk mengembangkan sektor perkebunan secara berkelanjutan. Dengan memfokuskan pada tiga komoditas unggulan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Program ini juga memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan, seperti penerapan agroforestry di Pegunungan Arfak.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, petani, dan pihak terkait lainnya. Dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak sangat penting untuk memastikan keberhasilan program pengembangan pala, kopi, dan kakao di Papua Barat.
Langkah-langkah yang terukur dan terarah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian Papua Barat dan kesejahteraan masyarakatnya di masa mendatang. Dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, diharapkan komoditas unggulan ini dapat lebih kompetitif di pasar nasional maupun internasional.