Pemkab Natuna Beri Pendampingan Psikologis Anak Korban Kekerasan Seksual
Pemerintah Kabupaten Natuna memberikan pendampingan psikologis kepada anak korban kekerasan seksual yang mengalami trauma dan malas bersekolah, melibatkan keluarga dan sekolah dalam proses pemulihan.
Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) kembali menjadi sorotan setelah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna secara aktif memberikan pendampingan psikologis kepada seorang anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Peristiwa yang terjadi di salah satu kecamatan di Pulau Bunguran Besar ini telah mengakibatkan trauma mendalam pada korban, terlihat dari perilaku negatifnya seperti malas bersekolah dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Pendampingan ini dilakukan secara berkala oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kabupaten Natuna, sebagai upaya untuk memulihkan kondisi psikologis korban dan mengembalikan semangat hidupnya.
Kepala UPTD PPA Kabupaten Natuna, Melda Irawati, menjelaskan bahwa pendampingan dilakukan dengan kunjungan rutin seminggu sekali. Selain memberikan motivasi kepada anak, UPTD PPA juga melibatkan keluarga dan pihak sekolah dalam proses pemulihan ini. "Kami memberikan pendampingan secara berkala, berkunjung sekali dalam seminggu, serta memberikan motivasi kepada anak, keluarga, dan sekolah," ujar Melda Irawati dalam keterangannya di Natuna, Minggu lalu.
Tujuan utama dari pendampingan ini adalah untuk menata kembali kehidupan korban dan membantunya untuk kembali bersemangat menjalani aktivitas sebagai anak seusianya. Proses ini membutuhkan kesabaran dan kerja sama dari berbagai pihak, karena trauma yang dialami korban tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, peran aktif keluarga dan sekolah sangat penting dalam mendukung pemulihan korban.
Upaya Pemulihan Korban Kekerasan Seksual di Natuna
Melda Irawati mengungkapkan bahwa pelaku kekerasan seksual terhadap anak tersebut telah diproses secara hukum. Namun, proses hukum semata tidak cukup untuk memulihkan trauma yang dialami korban. Oleh karena itu, pendampingan psikologis menjadi bagian penting dalam upaya pemulihan. Korban yang mengalami rasa malu dan takut dijauhi teman-temannya di sekolah, kini mendapatkan pendampingan langsung dari UPTD PPA, termasuk pengantaran ke sekolah dan pemantauan perkembangannya.
UPTD PPA menyadari bahwa perubahan perilaku korban membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak. "Kami juga mengantar korban ke sekolah dan terus memantau perkembangannya," kata Melda. Ia menambahkan bahwa orang tua dan pihak sekolah memiliki peran krusial dalam memotivasi dan mengawasi perkembangan korban, serta menciptakan lingkungan yang suportif dan aman.
Lebih lanjut, Melda Irawati menjelaskan bahwa kasus ini juga menyoroti pentingnya fungsi keluarga dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak. "Ia juga mengungkapkan bahwa anak menjadi korban karena adanya disfungsi dalam keluarga." Pernyataan ini menekankan perlunya perhatian lebih terhadap dinamika keluarga dan upaya untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan.
Peran Keluarga dan Sekolah dalam Pemulihan
UPTD PPA Natuna mencatat, sepanjang tahun 2025, telah melakukan penjangkauan dan pendampingan terhadap empat korban, termasuk korban kekerasan dan anak yang berhadapan dengan hukum. Angka ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap anak di Natuna. Melda Irawati menegaskan kembali peran penting orang tua dalam membentuk dan mengubah perilaku anak. "Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk dan mengubah perilaku anak," ucapnya.
Pendampingan yang diberikan oleh Pemkab Natuna ini merupakan langkah konkret dalam melindungi anak-anak korban kekerasan. Upaya ini tidak hanya berfokus pada aspek hukum, tetapi juga pada pemulihan psikologis korban agar dapat kembali menjalani kehidupan normal. Kerja sama yang erat antara UPTD PPA, keluarga, dan sekolah sangat penting untuk memastikan keberhasilan proses pemulihan ini. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih peduli dan melindungi anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan.
Ke depannya, diharapkan akan ada peningkatan kesadaran dan upaya pencegahan kekerasan terhadap anak di Natuna. Peran serta masyarakat, lembaga terkait, dan pemerintah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi anak-anak dari ancaman kekerasan dan trauma.