Pemkot Makassar dan Unhas Kolaborasi Atasi Banjir di Antang dan Pettarani
Pemerintah Kota Makassar bekerja sama dengan Unhas untuk meneliti solusi pengendalian banjir di Blok 10 Perumnas Antang dan Jalan AP Pettarani, dengan fokus pada peningkatan kapasitas resapan air dan pengaturan alur air.
Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Sulawesi Selatan, berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk mengatasi masalah banjir yang kerap melanda wilayahnya. Fokus utama kajian ini adalah pengendalian banjir di dua lokasi strategis, yaitu Blok 10 Perumnas Antang dan Jalan AP Pettarani. Kajian ini diinisiasi menyusul tingginya intensitas curah hujan yang mengakibatkan genangan air di beberapa titik di Makassar.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam mengatasi permasalahan banjir ini. Beliau menyatakan bahwa kajian yang dilakukan Unhas tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus melibatkan berbagai pihak terkait. "Masalah banjir ini, kita telah melakukan kajian. Kajian Unhas ini tidak boleh berdiri sendiri. Penanganan banjir harus berdiri tiga kerja sama, empat dengan keterlibatan masyarakat, yaitu, pemerintah kota, provinsi, dan balai," ujar Munafri Arifuddin dalam keterangan pers di Makassar, Jumat lalu.
Langkah kolaboratif ini diharapkan mampu menghasilkan solusi yang komprehensif dan efektif dalam jangka panjang. Pemkot Makassar menyadari bahwa dibutuhkan sinergi antara pemerintah kota, pemerintah provinsi, balai, dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah banjir yang kompleks ini. Kerja sama ini akan memastikan terlaksananya rencana aksi yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Solusi Pengendalian Banjir: Perluasan Infrastruktur dan Peningkatan Kapasitas Resapan
Salah satu fokus utama kajian Unhas adalah pengaturan alur air. Pemkot Makassar menyadari perlunya optimalisasi infrastruktur yang ada, termasuk pembangunan tanggul, pelebaran jalur air, dan pembangunan jembatan baru untuk mencegah luapan air. Wali Kota Munafri Arifuddin menyoroti keterbatasan kapasitas resapan air di Nipa-Nipa yang hanya mampu menampung sekitar 40 persen debit air saat hujan deras.
"Resapan yang ada di Nipa-Nipa itu hanya bisa menampung tidak lebih dari 40 persen debit air. Jika air ini meluap, maka ini yang akan ke mana-mana. Oleh karena itu, harus dibuatkan alur air," jelas Wali Kota. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk meningkatkan kapasitas resapan air dan mengelola debit air secara efektif.
Selain itu, Pemkot Makassar juga mempertimbangkan pembangunan kolam atau waduk retensi sebagai solusi jangka panjang. Waduk retensi akan berfungsi sebagai penampung sementara air hujan, sehingga dapat mengurangi beban pada sistem drainase kota. Pembesaran saluran di jembatan Nipah-Nipah juga menjadi bagian dari rencana untuk meningkatkan kapasitas aliran air.
Kajian ini juga akan mencakup aspek-aspek lain yang relevan, seperti pengelolaan sampah, pemeliharaan saluran drainase, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Dukungan Pemerintah Provinsi dan Balai
Pemkot Makassar berencana untuk membawa hasil kajian ini ke tingkat provinsi dan balai untuk mendapatkan dukungan dan pendanaan. Proyek pengendalian banjir ini membutuhkan anggaran yang cukup besar, namun Wali Kota Munafri Arifuddin menegaskan pentingnya memulai langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
"Meskipun anggarannya relatif sangat besar, tetapi harus kita mulai. Kalau kita tidak mulai, situasinya akan tetap seperti ini, bahkan bisa lebih parah," tegasnya. Dukungan dari pemerintah provinsi dan balai sangat krusial untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Dengan melibatkan berbagai pihak dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia, Pemkot Makassar optimistis dapat mengatasi masalah banjir di Blok 10 Perumnas Antang dan Jalan AP Pettarani. Kajian ini diharapkan dapat memberikan solusi yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Makassar.
Langkah-langkah yang akan diambil meliputi:
- Peningkatan kapasitas resapan air di Nipa-Nipa
- Pembangunan tanggul dan pelebaran jalur air
- Pembangunan jembatan baru
- Pembangunan kolam atau waduk retensi
- Pembesaran saluran di jembatan Nipah-Nipah
- Edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan
Kerja sama yang erat antara Pemkot Makassar, Unhas, pemerintah provinsi, balai, dan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan upaya pengendalian banjir ini. Semoga dengan kolaborasi ini, masalah banjir di Makassar dapat teratasi secara efektif dan berkelanjutan.