Pemprov Sulut Diminta Optimalkan Sektor Riil untuk Tutup Defisit Anggaran
Wakil Ketua Kadin Sulut, Ivanry Matu, menyarankan Pemprov Sulut untuk mengoptimalkan sektor riil seperti pertambangan rakyat, minuman keras, perikanan, pariwisata, dan pertanian untuk menutup defisit anggaran yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dihadapkan pada tantangan defisit anggaran yang cukup signifikan. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulawesi Utara, Ivanry Matu, menyoroti permasalahan ini dan menyerukan optimalisasi sektor riil sebagai solusi. Pernyataan ini disampaikan di Manado pada Jumat lalu, menyusul berkurangnya transfer dana pusat ke daerah dan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kurang maksimal.
Solusi Jangka Pendek: Tambang Rakyat dan Minuman Keras
Ivanry Matu mengusulkan tiga strategi peningkatan PAD untuk mengatasi defisit. Strategi jangka pendek berfokus pada dua sektor: pertambangan rakyat dan minuman keras (miras) jenis cap tikus. Ia menyarankan agar kedua sektor ini dikelola secara profesional melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). "Dengan pengelolaan yang tepat, sektor ini berpotensi besar meningkatkan PAD tanpa membutuhkan investasi besar," ujar Ivanry. Langkah ini dinilai efektif karena sumber daya sudah tersedia, hanya perlu ditata dengan pendekatan bisnis yang baik.
Solusi Jangka Menengah: Perikanan, Pariwisata, dan Pertanian
Strategi jangka menengah diarahkan pada optimalisasi sektor perikanan, pariwisata, dan pertanian. Ketiga sektor ini sudah berjalan, namun masih perlu peningkatan. Ivanry menekankan pentingnya peningkatan ekspor hasil perikanan dari Bitung, pengembangan industri pariwisata dengan mendatangkan penerbangan langsung (direct flight) dari negara-negara seperti China, Korea, dan Jepang, serta peningkatan ekspor komoditas andalan Sulut seperti pala, cengkeh, dan kopra. Optimalisasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap PAD.
Solusi Jangka Panjang: Investasi Besar-besaran
Untuk jangka panjang, Ivanry mendorong investasi besar-besaran di sektor industri, khususnya konveksi/garmen dan industri pengolahan produk turunan. Ia menekankan perlunya intervensi pemerintah untuk memberikan kemudahan berinvestasi, bahkan hingga menarik pabrik-pabrik dari China untuk beroperasi di Sulut. Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga menjadi kunci, dengan pengelolaan yang profesional dan mampu menarik investor jangka panjang.
Dengan mengoptimalkan KEK dan dikelola oleh orang yang paham bisnis jangka panjang serta pintar menarik investor, akan berdampak besar bagi UMKM dalam menopang PAD dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menutup defisit anggaran yang cukup besar. Kurangnya transfer dana pusat sebesar Rp650 miliar dalam lima tahun terakhir dan pertumbuhan PAD yang hanya Rp200 miliar, bahkan lebih sedikit Rp5 miliar di tahun 2024 dibandingkan 2023, menjadi alasan kuat perlunya strategi yang komprehensif dan terukur.
Kesimpulan: Kolaborasi dan Optimalisasi Kunci Sukses
Kesimpulannya, optimalisasi sektor riil menjadi kunci utama dalam mengatasi defisit anggaran di Sulawesi Utara. Ketiga strategi yang diusulkan, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan pengelolaan yang tepat dan terarah, sektor riil di Sulut berpotensi besar untuk meningkatkan PAD dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.