Pengembangan Guru di Indonesia: Studi Tanoto Foundation Sorot Keragaman Wilayah
Studi Tanoto Foundation menyoroti pentingnya pendekatan pengembangan guru yang mempertimbangkan keragaman wilayah di Indonesia, bukan pendekatan seragam, untuk hasil pelatihan yang optimal dan efektif.
Jakarta, 23 April 2025 - Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Tanoto Foundation mengungkapkan perlunya pendekatan yang lebih terdiferensiasi dalam pengembangan profesional guru di Indonesia. Studi berjudul "The Effectiveness of Different Modalities of Digital-based Teacher Training Program in Indonesia" ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan keragaman kondisi dan tantangan di berbagai wilayah Indonesia. Studi ini memberikan bukti empiris bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelatihan guru, terutama di daerah dengan keterbatasan infrastruktur.
Menurut Golda Eva Simatupang, Education Specialist Lead Tanoto Foundation, pendekatan pengembangan profesional guru yang seragam atau "one size fits all" berisiko mengabaikan kebutuhan nyata di daerah. Oleh karena itu, diferensiasi strategi pelatihan menjadi kunci keberhasilan implementasi kebijakan dan dampaknya di berbagai kondisi lokal. Hasil studi ini dipresentasikan pada konferensi pendidikan internasional Comparative and International Education Society (CIES) 2025 di Chicago, Amerika Serikat, Maret 2025.
Studi ini melibatkan analisis data dari sekitar 17.000 pelatihan guru yang dilakukan di lebih dari 30 kabupaten/kota di Indonesia selama periode 2021 hingga 2023. Data tersebut mencakup hasil kuis, analitik pengguna, survei daring, dan catatan administratif pelatihan. Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Golda Simatupang, Murni Leo, dan Alexander Haratua.
Metode Pelatihan Berbasis Digital
Tanoto Foundation mengimplementasikan empat pendekatan pelatihan guru berbasis digital yang berbeda. Pertama, pelatihan sepenuhnya mandiri melalui platform daring atau Massive Open Online Courses (MOOCs). Kedua, pelatihan mandiri dengan tambahan satu sesi pendampingan telekonferensi. Ketiga, pelatihan mandiri dengan tambahan satu kali pertemuan tatap muka dalam kelompok kerja guru. Keempat, pelatihan terstruktur melalui platform digital dengan pendampingan intensif dari fasilitator terlatih.
Keempat pendekatan ini berfokus pada peningkatan kapasitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas, sesuai standar kompetensi guru dalam Program PINTAR Tanoto Foundation. Program PINTAR sendiri bertujuan meningkatkan literasi dan numerasi siswa Indonesia melalui pengembangan kapasitas pendidik, sistem dan kebijakan pendidikan, serta pendidikan guru. Studi ini membandingkan berbagai aspek dari keempat pendekatan tersebut, termasuk tingkat penyelesaian pelatihan, penyerapan materi, perilaku pengguna, motivasi belajar, strategi pelaksanaan, dan efisiensi biaya.
"Fokus empat pendekatan pelatihan ini pada peningkatan kapasitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran aktif di ruang kelas, sesuai dengan standar kompetensi guru yang ditetapkan dalam Program PINTAR Tanoto Foundation," jelas Golda.
Temuan Utama Studi
Salah satu temuan utama studi ini adalah pelatihan guru berbasis digital terbukti efektif dan efisien dalam menyebarkan pengetahuan secara luas, terutama di daerah dengan keterbatasan akses. Hal ini ditegaskan oleh Murni Leo, Head of Monitoring, Learning, and Evaluation Tanoto Foundation. Analisis data menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal tingkat penyelesaian, penyerapan materi, dan dampak di lapangan antara berbagai pendekatan pelatihan yang diuji. Studi ini juga memberikan rekomendasi kebijakan yang spesifik untuk meningkatkan efektivitas pelatihan guru di masa depan.
Lebih lanjut, studi ini menyoroti pentingnya adaptasi metode pelatihan terhadap konteks lokal. Tidak semua metode pelatihan efektif di semua wilayah. Faktor-faktor seperti akses internet, tingkat literasi digital guru, dan dukungan dari kepala sekolah perlu dipertimbangkan dalam merancang program pelatihan yang efektif dan berkelanjutan. Temuan ini menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik dan berpusat pada kebutuhan guru dan konteks lokal masing-masing.
Studi ini juga memberikan rekomendasi untuk pengembangan kebijakan di bidang pendidikan guru. Rekomendasi tersebut mencakup perlunya peningkatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di daerah terpencil, pelatihan tambahan untuk guru dalam memanfaatkan teknologi digital, serta pengembangan sistem monitoring dan evaluasi yang lebih komprehensif. Dengan demikian, pengembangan guru di Indonesia dapat lebih efektif dan berkeadilan.
Kesimpulannya, studi Tanoto Foundation ini memberikan kontribusi penting bagi pemahaman tentang pengembangan profesional guru di Indonesia. Studi ini menekankan pentingnya mempertimbangkan keragaman wilayah dan konteks lokal dalam merancang program pelatihan yang efektif dan berdampak. Pendekatan yang adaptif dan berpusat pada kebutuhan guru menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.