Pertamina Uji Coba Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah: Solusi Ramah Lingkungan untuk Penerbangan Internasional
PT Kilang Pertamina International (KPI) memulai uji coba produksi bioavtur dari minyak jelantah di Kilang Cilacap, menargetkan produksi 9.000 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan penerbangan internasional.
PT Kilang Pertamina International (KPI) berhasil memulai uji coba produksi bioavtur dari minyak jelantah di Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Inovasi ini merupakan langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk menghasilkan bahan bakar pesawat yang ramah lingkungan. Uji coba yang dimulai Maret 2024 ini ditargetkan memproduksi 9.000 barel bioavtur per hari pada bulan April mendatang.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menjelaskan bahwa keberhasilan uji coba ini dimungkinkan berkat penggantian katalis di Kilang Cilacap. Proses co-processing ini mencampur avtur dan minyak jelantah dengan perbandingan 3 persen minyak jelantah, sehingga dibutuhkan sekitar 270 barel minyak jelantah untuk memproduksi 9.000 barel avtur. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung upaya pelestarian lingkungan.
Bioavtur hasil produksi ini diproyeksikan untuk memenuhi permintaan penerbangan internasional, terutama rute menuju negara-negara seperti Singapura dan Malaysia yang telah menerapkan aturan penggunaan bioavtur minimal 1 persen. "Paling nggak kan untuk penerbangan internasional, seperti Singapura, Malaysia, kan sudah menerapkan 1 persen. Artinya, pesawat yang sudah landing di sini, mau berangkat lagi ke international flight, sudah bisa ngisi di sini. Tapi kita tunggu hasil plant test-nya bulan April, rencananya," jelas Taufik.
Bioavtur Ramah Lingkungan: Solusi dari Minyak Jelantah
Pertamina telah memulai kerja sama dengan beberapa kolektor minyak jelantah untuk memastikan pasokan bahan baku yang cukup. Potensi minyak jelantah sebagai bahan baku bioavtur sangat besar, mengingat selama ini sebagian besar diekspor ke luar negeri dengan harga yang cukup tinggi. Dengan memanfaatkan minyak jelantah dalam negeri, Pertamina tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk lokal.
Pelita Air akan menjadi maskapai pertama yang menggunakan bioavtur hasil produksi Pertamina ini. Kerja sama ini menandai langkah awal dalam penerapan bahan bakar ramah lingkungan di industri penerbangan Indonesia. Keberhasilan ini juga diharapkan dapat mendorong maskapai lain untuk beralih ke bioavtur dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan.
KPI berharap pemerintah dapat mendukung pengembangan industri bioavtur dari minyak jelantah dengan kebijakan yang tepat, termasuk pengaturan Domestic Market Obligation (DMO) untuk mencegah ekspor minyak jelantah. "Kita minta bantuan pemerintah, ada kebijakan, ada DMO, supaya minyak jelantah nggak lari keluar. Minyak jelantah itu selama ini kan diekspor ke Singapura," ujar Taufik.
Tantangan dan Peluang Pengembangan Bioavtur di Indonesia
Meskipun terdapat potensi besar, pengembangan bioavtur dari minyak jelantah juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan pasokan minyak jelantah yang stabil dan terjamin. Perlu adanya kerjasama yang kuat antara Pertamina, pemerintah, dan para kolektor minyak jelantah untuk memastikan hal tersebut.
Selain itu, perlu juga diperhatikan aspek kualitas minyak jelantah yang digunakan sebagai bahan baku. Standar kualitas yang ketat perlu diterapkan untuk memastikan bioavtur yang dihasilkan memenuhi standar keamanan dan performa penerbangan. Pertamina berkomitmen untuk terus melakukan riset dan pengembangan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
Keberhasilan uji coba produksi bioavtur dari minyak jelantah ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri bioavtur di kawasan Asia Tenggara. Dengan dukungan pemerintah dan kerjasama berbagai pihak, pengembangan bioavtur ini dapat berkontribusi signifikan pada pengurangan emisi karbon dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
Langkah Pertamina ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengembangkan energi terbarukan dan ramah lingkungan. Uji coba ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain untuk berinvestasi dalam teknologi yang berkelanjutan dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
Dengan keberhasilan uji coba ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon. Langkah ini juga berpotensi meningkatkan perekonomian lokal melalui pemanfaatan minyak jelantah yang sebelumnya banyak diekspor.