Petani Sawit Mukomuko Didorong Tingkatkan Produksi dengan Pupuk
Dinas Pertanian Mukomuko mendorong petani meningkatkan produksi TBS kelapa sawit dengan memaksimalkan penggunaan pupuk, seiring penurunan produksi yang drastis dan harga TBS yang tetap tinggi.
Mukomuko, Bengkulu, 22 Februari 2025 - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tengah gencar mendorong para petani kelapa sawit meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS). Penurunan produksi yang drastis, di tengah harga TBS yang mencapai Rp3.000 per kilogram, menjadi perhatian utama. Upaya peningkatan produksi ini difokuskan pada optimalisasi penggunaan pupuk, baik kimia maupun organik.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Hari Mastaman, menjelaskan bahwa harga TBS yang tinggi tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. "Untuk itu, upaya yang harus dilakukan oleh petani untuk meningkatkan produksi buah sawit dengan cara memaksimalkan penggunaan pupuk agar produksi meningkat," ujarnya dalam keterangannya pada Sabtu lalu.
Situasi ini berdampak signifikan pada industri pengolahan kelapa sawit di Mukomuko. Dari 11 pabrik minyak kelapa sawit yang beroperasi, 10 pabrik membeli TBS dengan harga di atas Rp3.000 per kg. Namun, satu pabrik hanya membeli dengan harga Rp2.900 per kg. Penurunan produksi menyebabkan pabrik-pabrik tersebut kesulitan mendapatkan pasokan TBS yang cukup.
Strategi Peningkatan Produksi Sawit
Selain penggunaan pupuk, Hari Mastaman juga menekankan pentingnya teknik panen yang tepat. Petani disarankan untuk tidak memanen buah sawit yang masih mengkal. "Kalau petani memanen buah sawit yang masih mengkal, maka konsekuensinya pada trip berikutnya buah sudah habis, atau petani tidak bisa panen lagi," jelasnya. Memanen buah yang sudah matang akan memastikan produktivitas berkelanjutan.
Optimalisasi pemeliharaan tanaman kelapa sawit menjadi kunci dalam mengatasi penurunan produksi yang terjadi sejak Desember 2024. Musim "trek", atau musim buah sawit yang sedikit, telah menyebabkan penurunan produksi hingga 50 persen. Produksi yang biasanya mencapai satu ton per hektare per panen, kini hanya mencapai 500 kilogram per hektare.
Meskipun demikian, masih ada beberapa petani yang mampu menghasilkan 600 hingga 700 kilogram per hektare. Hal ini menunjukkan potensi peningkatan produksi jika teknik budidaya yang tepat diterapkan secara konsisten.
Dampak Penurunan Produksi terhadap Industri
Penurunan produksi buah sawit berdampak langsung pada pabrik minyak kelapa sawit. Pabrik-pabrik kesulitan mendapatkan pasokan buah sawit yang cukup untuk diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). Hasil pengecekan di beberapa pabrik menunjukkan penurunan signifikan dalam kapasitas pengolahan.
Sebagai contoh, PT Surya Andalan Primatama (SAP), yang biasanya mengolah 400-500 ton TBS per hari, kini hanya mampu mengolah 200-300 ton per hari. PT Sentosa Sejahtera Sejati juga mengalami penurunan kapasitas pengolahan dari 100 ton menjadi 50 ton per hari.
Kondisi ini menunjukkan urgensi peningkatan produksi buah sawit di Kabupaten Mukomuko. Dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk dan menerapkan teknik panen yang tepat, diharapkan produksi TBS dapat kembali meningkat dan memenuhi kebutuhan industri pengolahan kelapa sawit.
Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Pertanian terus berupaya memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan. Harapannya, kesejahteraan petani dapat meningkat seiring dengan peningkatan produksi TBS kelapa sawit.