Produksi Padi Blora Capai 420.228 Ton, Turun Dibanding Tahun Lalu
BPS Blora mencatat produksi padi tahun 2024 mencapai 420.228 ton GKG, turun 11,13 persen dibanding tahun sebelumnya, meskipun luas panen juga mengalami penurunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, baru-baru ini merilis data produksi padi tahun 2024. Hasilnya menunjukkan produksi padi di Kabupaten Blora mencapai angka 420.228 ton gabah kering giling (GKG). Data ini diperoleh dari luas panen seluas 84.504 hektare. Kepala BPS Blora, Rukhedi, menjelaskan bahwa jika dikonversi menjadi beras, jumlah tersebut setara dengan 241.656 ton beras yang siap dikonsumsi.
Meskipun angka produksi terbilang tinggi, namun data tersebut menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan produksi ini terjadi di tengah penurunan luas areal panen. Lebih rinci, tahun 2024 mengalami penurunan luas panen sebesar 14,46 persen atau setara dengan 14.281 hektare dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 98.785 hektare.
Penurunan luas panen berdampak pada produksi gabah. Tahun 2024 mencatat produksi gabah sebesar 420.228 ton GKG, mengalami penurunan sebesar 52.641 ton GKG atau 11,13 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 472.869 ton GKG. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dalam upaya menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Blora.
Produksi Padi Blora Tahun 2024 dan Proyeksi 2025
Data BPS Blora menunjukkan tren penurunan produksi padi. Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor luas panen yang berkurang, tetapi juga kemungkinan faktor lain seperti cuaca, hama, dan teknologi pertanian yang masih perlu ditingkatkan. Untuk tahun 2025, BPS memproyeksikan luas panen padi di Kabupaten Blora mencapai 45.078 hektare dengan perkiraan produksi 306.634 ton gabah. Angka ini menunjukkan adanya potensi penurunan produksi lebih lanjut jika tidak ada upaya peningkatan yang signifikan.
Pemerintah Kabupaten Blora telah berupaya meningkatkan luas areal tanam padi untuk mendukung program swasembada pangan nasional. Upaya ini sejalan dengan salah satu program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto. Diharapkan dengan peningkatan luas tanam, produksi padi di Blora dapat kembali meningkat dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Selain upaya peningkatan luas tanam, dukungan terhadap petani juga menjadi faktor penting. Pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kilogram. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani dan mendorong mereka untuk meningkatkan produktivitas.
Tantangan dan Upaya Peningkatan Produksi Padi di Blora
Meskipun terdapat penurunan produksi, Kabupaten Blora masih memiliki potensi untuk meningkatkan produksi padinya. Beberapa tantangan yang perlu diatasi antara lain adalah optimalisasi penggunaan teknologi pertanian modern, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta peningkatan kualitas benih padi. Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk petani, lembaga penelitian, dan sektor swasta, untuk mengatasi tantangan tersebut.
Peningkatan infrastruktur irigasi juga menjadi faktor penting dalam mendukung peningkatan produksi padi. Sistem irigasi yang handal akan memastikan ketersediaan air yang cukup bagi tanaman padi, terutama di musim kemarau. Selain itu, pelatihan dan penyuluhan pertanian kepada petani juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam budidaya padi.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan produksi padi di Kabupaten Blora dapat kembali meningkat dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, petani, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai swasembada pangan.
Ke depan, pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap produksi padi sangat penting untuk dilakukan. Data yang akurat dan up-to-date akan membantu pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani di Kabupaten Blora.